ayokegunungkidul

Permainan Benthik adalah salah satu permainan tradisional masyarakat Jawa. Permainan ini juga populer di kalangan anak-anak Gunungkidul temp dulu. Perlengkapan yang diperlukan benthong, sebuah tongkat kayu berukuran sekitar 40 cm yang berfungsi sebagai alat pengungkit, pelempar dan pengukur jarak. Janak, sebuah tongkat kayu berukuran sekitar 15 cm yang berfungsi sebagai alat yang diungkit dari lubang […]

Salah satu potensi yang tak bisa dipandang sebelah mata di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yakni keberadaan Batu Paras. Batu Paras ukir dari Gunungkidul cukup laris di berbagai kota besar. Kerajinan berbahan dasar batu paras (batu putih) diperoleh dari berbagai kawasan di Kabupaten Gunungkidul. Batu paras tersebut dipahat dan diukir sehingga memiliki beragam bentuk, meliputi relief,

Zona Tengah disebut wilayah pengembangan Ledok Wonosari, dengan ketinggian 150m – 200m di atas permukaan laut. Jenis tanah didominasi oleh asosiasi mediteran merah dan  grumosol hitam dengan bahan induk batu kapur. Sehingga meskipun musim kemarau panjang, partikel-partikel air masih mampu bertahan. Terdapat sungai di atas tanah, tetapi di musim kemarau kering. Kedalaman air tanah berkisar

Secara topografi Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 3 zona, yakni Zona Batur Agung, Ledoksari, dan Gunungsewu. Zona Batur Agung berada pada ketinggian 200-700 dpl (di atas permukaan laut), dengan topografi pegunungan. Pada sisi utara dan barat terdapat lereng yang terjal. Jenis tanahnya vulkanis laterit, dengan bantuan induknya berupa dasit dan andesit. Di zona ini masih dijumpai

Srandul merupakan kesenian religius yang hanya digelar pada waktu musim kemarau panjang dalam rangka untuk meminta hujan. Kelompok kesenian Srandul salah satunya terdapat di Padukuhan Karangwetan, Kalurahan Gedangrejo, Kapanewon Karangmojo, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesenian yang menggunakan doa-doa ala Jawa ini, menggunakan alat musik berupa terbang dan sejenisnya, dengan lakon dari Serat Ambiya. Tokohnya bernama

Pembukaan hutan dilakukan oleh Demang Wonopawiro. Ia mengerahkan rakyat Piyaman untuk membantu membuka hutan. Nyi Gadung Mlati membantu secara spiritual. Melihat keberhasilan Demang Wonopawiro ini, Ronggo Puspowilogo, seorang demang dari Seneng, di daerah Siraman, menjadi iri karena dia berharap pada mulanya dialah yang diberi tugas oleh Panji Harjodipuro untuk membuka hutan. Seiring berkembangnya wilayah, Ibu

Babad Alas Nongko Dhoyong adalah kisah di balik pembukaan hutan Wonosari atas perintah Raden Tumenggung Prawirosetiko, Bupati Gunungkidul ke-2. Pada tanggal 26 dan 31 Maret 1831 Pemerintah Hindia Belanda dan Sultan Yogyakarta mengadakan kontrak kerja sama tentang pembagian wilayah administratif baru dalam Kasultanan disertai penetapan jabatan kepala wilayahnya. Saat itu Kasultanan Yogyakarta dibagi menjadi tiga

Ki Sadipan merupakan tokoh pegiat seni karawitan di Gunungkidul, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lelaki asal Bejiharjo, Karangmojo, ini menciptakan gending Lelagon Wisata Gunungkidul berbahasa Jawa. Lagu yang ia ciptakan diantaranya menyebutkan berbagai destinasi wisata yang ada di Gunungkidul. Mulai dari aneka pantai, situs, gua, dan pemandangan alam yang lain. Melalui lelagon tersebut Ki Sadipan ingin

Bertempat di Padukuhan Bobung, Kalurahan Putat, Patuk, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta wisata alam Gua Watu Joglo ini berada. Disini pengunjung bisa bermain air sembari menyusuri perjalanan menuju gua yang dialiri sungai kecil. Rute yang ditempuh pun cukup menantang, cocok bagi pengunjung yang menyukai wisata alam atau outbond. Ada tiga akses jalan yang dapat ditempuh, yakni

Wisata Bukit Tabuhan adalah salah satu tempat wisata di Padukuhan Klapaloro 2, Kalurahan Giripanggung, Kapanewon Tepus, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu liburan, wisata Bukit Tabuhan mulai ramai dikunjungi sejumlah wisatawan. Disana, wisatawan menikmati panorama keindahan alam dari atas puncak bukit. Sejumlah spot selfi dan gazebo pun tersedia di obyek wisata tersebut. Awal adanya wisata Bukit