GUNUNGKIDUL,- Berbagai kegiatan diselenggarakan oleh Warga Gunungkidul untuk turut memeriahkan peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke 80 tahun. Mulai dari berbagai perlombaan unik untuk seru-seruan, hingga menggelar dan mengikuti upacara bendera di tempat yang tidak biasanya.
Seperti yang diadakan oleh warga Padukuhan Pulutan, Kalurahan Pulutan, Kapanewon Wonosari. Yaitu warga menggelar upacara bendera di sungai yang mengaliri sebagian besar lahan pertanian milik warga setempat.
Pada Minggu, (17/08/2025) pagi, IniGunungkidul berkesempatan untuk menyaksikan secara langsung upacara di tengah sungai tersebut. Sejak pagi, warga Padukuhan Pulutan dan sekitarnya mulai berdatangan di sungai Patung Sapi Pulutan. Satu per satu para peserta ini mempersiapkan diri. Kemudian mendekati pukul 08.00 WIB mereka turun ke sungai yang ketinggian airnya sekitar 1 meter ini.
Prosesi upacara yang unik ini dimulai dari bendera Merah Putih yang dibawa oleh 3 para pengibar bendera dengan menaiki gethek yang terbuat dari galon dan bambu. Gethek ini kemudian menuju ke tengah sungai di lokasi untuk pengibaran bendera.
Meski di separuh badan petugas dan peserta upacara terendam air, namun tidak membuat para peserta yang terdiri dari lansia serta pemuda ini gentar. Suasana khidmat pun juga tetap terasa di prosesi upacara sederhana ini.
Saat bendera dikibarkan dan dinyanyikan lagu Indonesia Raya para peserta upacara yang di dalam dan di luar sungai langsung memberi hormat dengan tegap. Menariknya lagi, beberapa lagu nasional dinyanyikan dengan iringan musik tradisional Gejog Lesung oleh para ibu-ibu lansia.
“Upacara di kali (sungai) ini sudah kami lakukan 3 kali. Untuk antusias warga sendiri luar biasa ya, tidak hanya warga Pulutan saja tapi ada dari daerah lain ikut pada upacara ini,” terang Ketua Panitia Upacara di Sungai Patung Sapi, Alexander Puji Lestanto.
Ia menjelaskan, upacara di sungai bukan sekadar mencari sensasi akan tetapi menjaga solidaritas, partisipasi serta kesadaran warga untuk cinta tanah air. Disamping itu juga menjaga keberlangsungan air sungai yang memiliki fungsi vital bagi kehidupan warga.
“Kami ingin menggelorakan kampanye menjaga sungai agar tetap berair. Sungai memiliki peranan penting dalam keberlangsungan hidup, ketahanan pangan membutuhkan air, mari bersama-sama menjaga keberlangsungan sungai. Termasuk ada pengharapan tersendiri yaitu agar Indonesia dapat lebih maju di berbagai sektornya dengan memanfaatkan alam semesta yang ada,” jelasnya.
“Sungai Patung Sapi Pulutan ini bukan hanya untuk memandikan sapi, tetapi juga menjadi sumber pengairan lahan pertanian warga. Sungai irigasi, mengingat di sini untuk pertanian juga besar,” sambung dia.
Sementara itu, salah satu peserta upacara Sariyati mengatakan merasa senang dan bangga bisa ikut upacara HUT RI. Bukan hanya upacara biasa namun berada di dalam air. Ini menurutnya merupakan pengalaman yang luar biasa di hidupnya.
“Ya senang bisa ikut seperti ini,” terang dia.
Suasana guyub rukun antara orangtua, pemuda, hingga anak-anak mencerminkan semangat kemerdekaan yang hidup dan menyala. Usai dilakukan upacara, para warga kemudian mengikuti berbagai perlombaan, mulai dari dayung perahu galon, makan kerupuk, hingga berebut bebek di dalam sungai.
Tak hanya upacara di sungai, di Kabupaten Gunungkidul juga diselenggarakan upacara bendera di tengah perairan Pantai Baron, Tanjungsari. Kegiatan ini sudah rutin diselenggarakan oleh para Tim SAR dan Satuan Polisi Pamong Praja DIY dan Gunungkidul.
Upacara dimulai sekitar pukul 10.00 WIB, diawali dengan mendengarkan rekaman Teks Proklamasi, kemudian dilanjutkan dengan prosesi pengibaran bendera di tengah laut yang dilakukan oleh tiga petugas yang berasal dari personel Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah Operasi II Pantai Baron.
Ketiga petugas tersebut dikawal oleh pasukan 17 dan 8 yang juga terdiri dari personel Satlinmas. Rombongan lalu ditutup dengan pasukan 45 yang terdiri dari gabungan komunitas relawan dan masyarakat umum.
Pasukan pengibar bendera di lautan ini berenang sejauh 250 meter dari bibir pantai. Aksi heroik pun nampak terlihat saat mereka berusaha berenang dan melawan kuatnya gelombang air laut.
Tak hanya orang dewasa yang telah professional yang mengikuti upacara di tengah laut ini. Ada anak-anak berusia 10 tahun yang turut berenang ke laut lepas untuk mengikuti upacara.
“Senang, sudah ikut tiga kali, tapi satu kali gagal, dua kali ini berhasil,” kata Nesya.
Ia mengatakan untuk mengikuti upacara di tengah laut ini, ia bersama ayahnya terus melakukan sejumlah persiapan. Setiap hari ia berlatih berenang di kolam renang dan sesekali mencoba berenang di pantai.
Berkat kegigihan dan kemampuannya itu, bocah 10 tahun ini berhasil mengikuti upacara di tengah laut dan berteman dengan gelombang air laut pantai Baron. Hal ini ia persembahkan sebagai wujud kecintaan dan kebanggannya terhadap Indonesia.
Sementara itu, Kasatpol PP DIY, Noviar Rahmad, menjelaskan bahwa upacara bendera ini sudah 13 kali dilaksanakan.
“Sudah 13 kali dilaksanakan, bersamaan dengan 13 tahun Undang-Undang Keistimewaan DIY,” kata Noviar.
Dijelaskannya, selain menanamkan jiwa nasionalisme masyarakat, upacara di tengah laut ini juga mengacu pada visi Gubernur DIY, yaitu kawasan pantai selatan sebagai halaman depan DIY.