Mengenal Rasulan, Sebuah Tradisi Pasca Panen yang Selalu Digelar Oleh Warga Gunungkidul

GUNUNGKIDUL – Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak sekali adat, tradisi dan budaya. Hingga saat ini masyarakat Gunungkidul masih konsisten untuk melestarikan tradisi yang menjadi peninggalan leluhurnya.

Salah satu tradisi yang hingga saat ini masih terus dilestarikan oleh warga Bumi Handayani adalah tradisi rasul atau rasulan. Yang mana tradisi ini selalu digelar pasca panen raya padi atau musim pertama.

Tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu ini memiliki makna tersendiri bagi warga Gunungkidul. salah satunya adalah sebagai ucapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan panen dan rezeki selama setahun terakhir, utamanya hasil panen yang berlimpah.

Beberapa juga beranggapan bahwa penyelenggaraan tradisi rasulan sebagai upaya menolak bala atau bahaya di masing-masing kalurahan atau padukuhan yang menyelenggarakannya. Selain itu juga sebagai sarana pengharapan setahun kedepan agar pertanian lebih makmur.

“Pelaksanaan rasul biasanya pasca panen raya. Ini merupakan cara masyarakat untuk sedekah bumi atas hasil panen yang diperoleh,” kata Kepala Kundha Kabudayan Gunungkidul, Chairul Agus Mantara.

Dalam pelaksanaan rasul atau rasulan ini masing-masing kalurahan sampai dengan padukuhan memiliki hari pelaksanaan yang berbeda. Sejak jaman dulu, harinya tidak pernah diganti karena dianggap hari yang sakral.

Ia menjelaskan, dalam penentuan tanggal pelaksanaan rasulan beberapa sesepuh padukuhan atau kalurahan juga mengacu pada hitungan Jawa yang dianggap menjadi sebuah tanggal baik. Sehingga tidak sembarang tanggal digunakan untuk penentuan pelaksanaan rasulan.

“Biasanya masing-masing daerah memiliki hari paten sebagai contohnya hari Jumat Legi, nah nanti tanggal dan bulannya disesuaikan dengan hitungan jawa yang menurut mereka baik atau tepat. Masyarakat Gunungkidul kental dengan hitungan jawa sebagai penentu kegiatan atau hajat orang banyak,” jelasnya.

Di tahun 2025 ini, sejak bulan Februari lalu sampai akhir bulan Juni mendatang mulai menyelenggarakan tradisi rasulan.

“Kebetulan ini kan panen raya sudah dilakukan, pasca lebaran ini sudah ada beberapa daerah yang menggelar rasul,” ucapnya.

Pelaksanaannya sendiri tidak cukup hanya 1 atau 2 hari saja tahapannya pun banyak yang dilakukan oleh para warga.

Mulai dari kerja bakti lingkungan, pembuatan panggung, pentas seni, bahkan di beberapa tempat ada yang mengadakan pawai atau kirab gunungan hasil bumi dan kesenian. Puncaknya yaitu, di hari H dilakukan kenduri oleh warga dan sesepuh wilayah tersebut.

Biasanya saat kenduri ini warga membawa nasi uduk dan 1 ekor ayam ingkung untuk didoakan bersama di balai padukuhan, istilah di Gunungkidul Methoke. Setelah didoakan, nasi dan ayam ingkung ini kemudian sebagian dibagi-bagi dan sebagian dimakan bersama.

Selesai kenduri, ada banyak hiburan kesenian yang ditampilkan seperti jathilan, reog dan lainnya. Malam harinya ditutup dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk.

Lebih lanjut Agus Mantoro mengatakan, tahun-tahun sebelumnya Kundha Kabudayan Gunungkidul memberikan stimulan anggaran untuk rasulan di beberapa daerah. Anggaran tersebut berasal dari Dana Keistimewaan.

“Biasanya ada stimulan dari kami untuk penyelenggaraan rasulan. Tapi untuk tahun ini tidak ada karena anggaran terpangkas efisiensi,” kata Agus.

Sementara itu, Dukuh Bendorejo, Semanu, Gunungkidul, Titon Handono mengatakan, rasul di daerahnya dilakukan pada hari Jumat Legi di bulan Dzulhijjah (kalender islam) atau Besar (tanggalan jawa). Hari tersebut telah ditentukan sejak lama.

Kalau di sini yang menggelar rasul Pragak dan Bendorejo, 2 padukuhan jadi satu. Biasanya gantian setahun di Pragak kemudian tahun berikutnya yang ramai-ramai atau ngunduh di Bendorejo, harinya tetap Jumat Legi itu dari dulu tidak pernah ganti,” ucap Titon.

Menurutnya, rasul seperti hari rayanya warga dusun. Bahkan saat rasul, sering banyak perantauan yang juga pulang untuk turut serta memeriahkan tradisi ini.

“Antusias masyarakat sendiri saat rasul luar biasa. Jadi masing-masing rumah itu open house mengundang sanak saudara mereka terus teman-temannya untuk datang ke rumah makan-makan. Ya intinya juga untuk bersedekah bareng gitu,” kata dia.

Berbagai hiburan rakyat digelar setiap penyelenggaraan rasul, mulai dari turnamen bola voli, sepak bola, pengajian bersama 2 padukuhan, pentas seni anak-anak dan orkes campursari, karawitan, pertunjukan kesenian jathilan, serta pagelaran wayang kulit.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *