GUNUNGKIDUL ,-– Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menggalakkan gerakan ngguyang atau memandikan sapi di telaga. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan ternak dan ekosistem telaga yang mulai mengalami penurunan fungsi.
Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih mengatakan, Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu daerah yang menjadi gudang ternak di DIY. Akan tetapi belakangan ini wabah penyakit ternak kerap mewabah di daerah ini.
Seperti misalnya penyakit LSD atau yang lebih dikenal dengan lato-lato, Penyakit Mulut dan Kaki (PMK), hingga Antraks yang menjadi perhatian dari sejumlah pihak. Sehingga penanganan demi penanganan perlu dilakukan. Salah satunya dengan menjaga kebersihan kandang dan ternak itu sendiri.
“Kunci dari sapi yang sehat adalah kebersihan kandang dan tubuh sapi itu sendiri. Maka kami canangkan Gerakan Bersih Kandang (GBK) serta gerakan mengguyur sapi,” kata Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Gunungkidul saat melakukan kegiatan guyang sapi di Telaga Ploso, Kalurahan Giritirto, Purwosari, Jumat (25/04/2025).
Selain untuk menjaga kebersihan dan kesejahteraan hewan, kegiatan ngguyang sapi ini juga untuk mendorong peternak agar merawat lingkungan yang ada di sekitarnya. Kegiatan memandikan ternak di telaga menurutnya dapat menjaga ekosistem yang berada di telaga itu sendiri.
Kemudian juga menjadi sarana revitalisasi telaga-telaga di Gunungkidul secara alami. Mengingat pasca banyaknya revitalisasi dengan pengerukan alat berat dan disemen banyak telaga-telaga di Gunungkidul yang fungsinya berkurang.
“Dari ratusan telaga yang ada hanya 20 yang airnya tidak pernah surut. Nah kami ingin mengembalikan fungsi dan kondisi telaga seperti dulu,” terang Endah.
Selain gerakan seperti ini, kedepan pihaknya akan bekerjasama dengan badan riset untuk melakukan penelitian di Kabupaten Gunungkidul mengenai factor telaga-telaga yang saat ini mongering serta merumuskan tindakan yang tepat dilakukan untuk mengembalikan kondisi telaga sebagaimana dulunya.
“Kami harapkan peran aktif dari segala lini untuk menjaga kondisi telaga agar tetap berfungsi dengan baik. Untuk pengairan dan memenuhi kebutuhan,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, program ini juga merupakan bentuk kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman penyakit menular pada hewan. Pihaknya terus menggencarkan gerakan bersih kandang serta kegiatan ngguyang sapi di telaga.
“Gerakan ini terus kami sosialisasikan ke masyarakat di Gunungkidul. Setelah di Purwosari ini nantinya kami juga akan ajak warga di seluruh kapanewon untuk rutin melakukan hal yang sama,” tandasnya.
Tradisi Ngedrek Untuk Revitalisasi Telaga
Ngedreg adalah kegiatan menangkap ikan secara massal saat air telaga sudah hampir surut. Mereka menggunakan alat seadanya untuk menangkap ikan dan binatang lain yang ada di telaga.
Selain menjadi kegiatan hiburan ternyata ngedreg memiliki fungsi ekologis tersendiri yaitu membantu proses revitalisasi telaga agar lebih optimal dalam menyimpan air saat musim hujan kedepannya.
“Tanah yang ada di telaga banyak di injak-injak oleh orang saat mengambil ikan dan hewan lainnya. Nah kegiatan ini memiliki fungsi yang luar biasa ternyata,” kata salah seorang warga Saptosari, Haryanto.
Beberapa bulan lalu, warga Kalurahan Jetis, Saptosari bersama dengan sejumlah komunitas melakukan kegiatan “Ngedreg” di Telaga Dondong. Selain itu juga dilakukan penanaman pohon di sekeliling telaga untuk menjaga cadangan air di kawasan tersebut.
“Biasanya saat air sudah tinggal di atas mata kaki dan tidak memungkinkan lagi kalau mau digunakan untuk budidaya ikan, maka kami melakukan kegiatan atau tradisi ngedreg ini di telaga Dondong,” pungkasnya.