Pemerintah Tetapkan Gudeg Bonggol Pisang Sebagai Warisan Tak Benda dari Gunungkidul

GUNUNGKIDUL – Kabupaten Gunungkidul kaya akan olahan makanan. Mulai dari makanan yang dikonsumsi setiap hari maupun hanya ada saat momen tertentu saja. Salah satu olahan makanan yang hanya dapat ditemukan saat ada acara-acara besar adalah Gudheg Bonggol Gedhang.

Olahan makanan yang berasal dari bonggol gedhang atau pohon pisang. Meski terdengar aneh, namun citarasanya beda dengan gudeg nangka dan terdapat tekstur yang berbeda dengan olahan menu makanan lainnya.

Penanggung Jawab Warisan Kundha Kabudayan Gunungkidul, Hadi Rismanto mengatakan, Gudheg Bonggol Gedhang merupakan makanan khas Bumi Handayani dan hanya bisa ditemukan disini.

Dulu menu makanan yang satu ini biasanya disuguhkan pada acara hajatan (pernikahan, khitanan), rasulan, dan acara-acara besar lainnya sebagai pelengkap lauk. Namun seiring berkembangnya waktu, Gudheg Bonggol Gedhang mulai tertinggalkan. Beberapa daerah sudah tidak menyajikan menu yang satu ini.

“Saat ini Gudheg Bonggol Gedhang semakin jarang dijumpai di Kabupaten Gunungkidul. hanya tinggal beberapa kapanewon saja yang masih mengolahnya di acara tertentu utamanya saat hajatan perkawinan,” ucap Hadi Rismanto.

Upaya pelestarian kebudayaan melalui perlindungan, pemanfaatan dan pemberdayaan maka olahan Gudheg  Bonggol Gedhang ini diusulkan untuk menjadi warisan budaya tak benda dari Gunungkidul. dengan begitu, diharapkan olahan ini masih tetap dilestarikan oleh warga Gunungkidul dan dapat dipromosikan ke wisatawan agar menjadi daya tarik tersendiri.

“Tahun lalu Gudheg Bonggol Gedhang kami usulkan menjadi warisan budaya tak benda dari Gunungkidul. karena makanan ini memiliki keunikan, cerita tersendiri, dan hanya ada di Gunungkidul,” terang Hadi Rismanto.

“Bersyukur apa yang diusulkan ini mendapat respon baik dari pemerintah dan Gudheg Bonggol Gedhang resmi menjadi warisan budaya tak benda dari Gunungkidul,” tandas dia.

Ia menjelaskan, dalam proses pembuatan makanan yang satu ini membutuhkan waktu yang lumayan lama. Mulai dari mencari pohon pisangnya, mengambil bonggol, memasah, hingga memasaknya.

“Tidak sembarang pisang bisa diolah menjadi gudeg bonggol gedhang. Ada jenis khusus seperti gedhang kluthuk (pisang batu) dan gedhang kepok yang memiliki tekstur lebih lembut dibandingkan dengan jenis gedhang atau pisang lainnya,” tandasnya.

Dalam pemilihan pohon pisang harus memperhatikan beberapa hal. Mulai dari pohon pisang yang belum pernah berbuah, karena bonggolnya lebih lembut, lebih empuk dan mudah dimasak. Sedangkan perkiraan umur pohon pisang yang dipilih adalah 7-8 bulan dengan diameter kurang lebih 40-50 cm.

Setelah pemilihan pohon pisang, kemudian ditebang dan diambil bonggolnya. Kemudian dipasah untuk mendapatkan lembaran-lembaran kecil. Baru kemudian dicuci bersih dan direndam air selama beberapa waktu agar nantinya saat proses pemasakan lembaran bonggol ini mudah empuk.

Kemudian usai perendaman ini barulah direbus untuk menghilangkan getahnya. Selanjutnya baru bisa dimasak dengan bumbu dan santan kelapa.

Adapun bumbu gudheg bonggol gedhang terdiri atas bawang merah, bawang putih, ketumbar, merica, jahe, batang sereh, gula merah, garam, daun salam, daun jeruk,  lengkuas, daun jati, terasi, kelapa.

“Waktu masaknya lumayan lama memang dan masih tradisional yaitu menggunakan tungku api kayu bakar yang semakin menambah cita rasa dari olahan makanan ini,” jelas dia.

Salah seorang warga Wonosari, Mei Widyastuti mengatakan, saat ini memang olahan bonggol gedhang sulit ditemui di Gunungkidul. membaca peluang ini, dirinya yang membuka warung makan sederhana kemudian menghadirkan menu bonggol gedhang untuk mengobati rasa rindu penikmatnya.

Ternyata respon dari warga local, perantauan, dan wisatawan pun sangat bagus. Beberapa yang belum pernah makan gudheg bonggol gedhang mengatakan jika tekstur dan rasanya mirip dengan olahan daging.

“Alhamdulillah responnya cukup baik. Banyak yang mencari karena ya memang hanya ada di momen tertentu dan itupun sudah tidak pasti,” pungkasnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *