Ide Menarik BUMKal Jala Arta : Rumput Laut Diubah jadi Skincare

GUNUNGKIDUL – Gunungkidul memiliki banyak sekali potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk meraup pundi-pundi rupiah. Salah satunya berasal dari hasil laut.

Selama ini, produktivitas rumput laut di pesisir selatan sangatlah melimpah, warga yang memiliki inovasi tinggi mulai memanfaatkan hasil laut tersebut untuk dibuat berbagai produk yang memiliki nilai jual yang tinggi.

Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Ngestirejo, Kalurahan Tanjungsari yang tergabung dalam sebuah kelompok binaan Badan Usaha Milik Kalurahan (BUMKal) Jala Arta. Para warga yang tergabung dalam kelompok binaan ini beberapa waktu lalu mendapatkan pelatihan pembuatan produk lokal yang memiliki nilai ekonomis yaitu pembuatan skincare dari rumput laut.

Ketua BUMKal Jala Arta, Alfian Reza mengatakan, potensi rumput laut di sepanjang pantai selatan khususnya di kalurahan Ngestirejo sangat banyak, selama ini warga hanya mengambil untuk dijadikan olahan makanan saja.

Pamong dan BUMKal kemudian berpikir bagaimana mengolah rumput laut menjadi sebuah produk yang nilai jualnya lebih tinggi serta dapat digunakan oleh khalayak.

Sampai pada akhirnya tercetuslah ide untuk berkolaborasi dengan seorang akademisi dari UPN Veteran Yogyakarta untuk mengolah rumput laut menjadi skincare.

“Anggota kelompok kami mendapatkan pembinaan dan pendampingan dari ahli farmasi untuk melakukan pembuatan skincare berbahan rumput laut ini,” terang Alfian Reza.

Dalam proses pembuatan skincare ini pun benar-benar dijaga kebersihannya agar tidak terkontaminasi dengan bakteri dan lain sebagainya. Berkat kerjasama yang dibangun ini, ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok binaan tersebut telah mahir dalam pembuatan skincare lokal berbahan rumput laut.

Lebih lanjut Alfian mengatakan, siklus produksi membutuhkan waktu 10 hari dengan jumlah hasil produksi sampai 1000 unit produk. Skincare berbahan rumput laut yang dibuat oleh warga Ngestirejo, Tanjungsari, Gunungkidul tersebut yaitu day cream, body lotion, dan lulur.

“Produk lokal kami ini diberi nama Inasea. Sebab potensi laut yang selama ini menjadi sumber penghidupan masyarakat di daerah kami,” jelasnya.

Rencananya, produk lokal tersebut akan mulai dipasarkan Januari ini. Adapun keunggulan skincare Inasea yaitu bahan-bahannya yang alami, seperti rumput laut dan Aloe Vera, yang sebagian besar diperoleh dari sekitar Gunungkidul.

Setelah melewati produksi dan ujicoba yang memakan waktu, testimoni yang telah menggunakan produk ini dapat melembabkan, mengencangkan, dan mencerahkan kulit.

“Sudah kita ujicoba dan memang hasilnya nyata. Tapi memang tidak memberikan hasil instan seperti memutihkan kulit secara cepat. Butuh waktu dan rutin penggunaan,” paparnya.

Sebagai jaminan kepercayaan dan keamanan konsumen, produk ini juga telah mendapatkan sertifikat dari BPOM pada Oktober 2024 lalu. Pihaknya benar-benar berkomitmen memberikan yang terbaik dan aman bagi pengguna produk skincare lokal tersebut.

Produk ini dijual dengan harga terjangkau mulai dari Rp15.000 untuk lulur, Rp25.000 untuk handbody lotion, dan Rp30.000 untuk day cream. Dengan harga yang relatif terjangkau ini diharapkan dapat dibeli oleh semua kalangan.

“Harganya ramah di kantong, ini juga sekaligus memperkenalkan produk berbasis lokal yang berkualitas,” tandasnya.

Proses produksi skincare local ini hampir secara keseluruhan dilakukan oleh warga lokal Ngestirejo khususnya kaum perempuan. Hal ini memberikan peluang kerja baru bagi masyarakat desa sekaligus meningkatkan ekonomi desa.

“Dengan produk ini kami ingin mengangkat nama Ngestirejo di tingkat nasional, sekaligus membuka lebih banyak lapangan kerja. Dengan kosmetik ini, kami berharap masyarakat bisa lebih percaya diri dan bangga dengan produk asli desa,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul, Wahid Supriyadi mengatakan, potensi rumput laut di kawasan pantai Gunungkidul memang sangat luar biasa.

Selain diolah menjadi makanan, para warga sudah mulai banyak yang berinovasi. Mulai dari sebagai bahan skincare, teh herbal, pupuk dan lain sebagainya.

“Ada banyak yang berinovasi dari rumput laut menjadi produk bernilai jual tinggi,” terang Wahid Supriyadi.

Dari dinas sendiri selama ini juga berupaya sebisa mungkin untuk memfasilitasi akses bantuan ke kementerian, pemerintah provinsi dan lain sebagainya.

“Karena keterbatasan anggaran pemerintah daerah maka kami memfasilitasi agar pelaku usaha dan kelompok ini mendapatkan pelatihan pengemasan produk, pendampingan legalitas produk turunan rumput laut, hingga usulan bantuan gedung produksi,” tutup Wahid Supriyadi.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *