Komunitas YUK Cari: Menyebarkan Budaya Membaca Nyaring di Gunungkidul

GUNUNGKIDUL – Komunitas YUK Membaca Nyaring, yang lebih dikenal dengan sebutan YUK Cari, merupakan sebuah kelompok yang terbentuk dari semangat literasi yang tumbuh subur di Kabupaten Gunungkidul. Komunitas ini secara resmi didirikan setelah mengadakan sebuah workshop yang diadakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispussip) Gunungkidul pada bulan Maret 2023. Yang menarik, pembentukan komunitas ini bertepatan dengan peringatan Hari Membaca Nyaring Sedunia yang jatuh pada tahun yang sama. Dalam waktu singkat, YUK Cari telah mendapatkan Surat Keputusan (SK) dari Kepala Dispussip sebagai tanda pengesahan dan legalitas keberadaannya.

Menurut Swadasih, Ketua YUK Cari, komunitas ini diawali dengan sembilan orang anggota yang memiliki latar belakang beragam, mulai dari guru SD, TK, PAUD, ibu rumah tangga, hingga pustakawan di tingkat kalurahan. “Kami memiliki latar belakang yang berbeda, tetapi kami semua memiliki satu tujuan yang sama, yaitu menyebarkan budaya membaca nyaring kepada anak-anak di berbagai lingkungan,” ujar Swadasih, menjelaskan semangat dan tujuan dari komunitas yang mereka bentuk.

Sebagai seorang guru di SD Negeri Bulu, Playen, Swadasih menerapkan kegiatan membaca nyaring dalam jam literasi di sekolah tempat ia mengajar. Ia pun sering menjadi narasumber di berbagai kegiatan literasi yang diselenggarakan oleh Dispussip maupun di sekolah-sekolah di Gunungkidul. “Kami membacakan nyaring di tempat kami masing-masing, juga di sekolah-sekolah serta ruang publik seperti taman kuliner. Jika ada undangan dari luar, seperti sekolah TK atau lembaga lain, kami siap hadir secara sukarela,” tambah Swadasih.

Komunitas YUK Cari juga aktif dalam mengisi sesi membaca nyaring bagi anak-anak yang berkunjung ke Dispussip Gunungkidul. Dalam dua bulan terakhir, mereka telah mengadakan enam sesi membaca nyaring yang dilakukan secara bergantian dengan pustakawan dari Dispussip.

Membaca Nyaring: Lebih dari Sekadar Membaca Buku

Wakil Ketua YUK Cari, Dian Yuli Kuswati, menekankan bahwa membaca nyaring bukan sekadar membaca buku dengan suara keras. Ia menjelaskan, “Ada tiga unsur utama dalam membaca nyaring, yaitu anak, buku, dan pembaca. Membaca nyaring harus dilakukan dengan intonasi yang tepat, bukan sekadar menokohkan karakter dalam cerita.” Dian yang juga seorang guru di PAUD Percontohan Mutiara Bunda, Baleharjo, menambahkan bahwa membaca nyaring memiliki manfaat yang sangat besar, antara lain untuk menumbuhkan minat baca, memperkaya kosakata anak, serta meningkatkan pemahaman mereka terhadap bacaan. “Interaksi yang tercipta dalam kegiatan membaca nyaring juga menciptakan ikatan emosional antara anak dan pembaca, yang membuat anak lebih berani berpendapat dan merespons cerita yang dibacakan,” katanya.

Dian juga mengungkapkan bahwa kegiatan membaca nyaring mendapat respons yang sangat positif dari berbagai pihak, terutama sekolah-sekolah TK, PAUD, serta Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Banyak lembaga yang mengundang komunitas ini untuk memperkenalkan metode membaca nyaring kepada anak-anak mereka. “Anak-anak yang sebelumnya pendiam, bisa lebih terbuka dan berani berbicara setelah terlibat dalam kegiatan ini,” tambah Dian dengan penuh keyakinan.

Kolaborasi dengan Dispussip Gunungkidul

Komunitas YUK Cari sejak berdiri telah menjalin kolaborasi yang erat dengan Dispussip Gunungkidul. Pustakawan dan Ketua Tim Kerja Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan di Dispussip Kabupaten Gunungkidul, Heryanti, S.Pd., mengungkapkan bahwa selain YUK Cari, ada juga komunitas literasi lain yang aktif, seperti Read Aloud Jogja (ROJa) dari Yogyakarta. Heryanti menjelaskan, “Selain komunitas YUK Cari, di Gunungkidul ada beberapa komunitas literasi lainnya seperti Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB), Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Gunungkidul, serta pustakawan kalurahan.”

Selama seminggu terakhir, Dispussip Gunungkidul telah melaksanakan enam kali Bimbingan Teknis (Bimtek) Membaca Nyaring dengan peserta sekitar 50 orang per angkatan. Peserta berasal dari berbagai kalangan, termasuk pustakawan sekolah, guru PAUD, pustakawan kalurahan, Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dan guru TK serta SD. Heryanti menambahkan bahwa komunitas literasi dilibatkan sebagai pemateri dalam kegiatan tersebut, dan dua komunitas yang dipercaya memberikan wawasan tentang Membaca Nyaring adalah ROJa dan YUK Cari.

“Melalui Bimtek ini, kami berharap peserta bisa mengimplementasikan metode membaca nyaring untuk anak-anak, sehingga mereka dapat menumbuhkan minat baca sejak dini dan mengembangkan kebiasaan membaca yang baik,” harap Heryanti.

Dengan semakin berkembangnya antusiasme anak-anak dan semakin meluasnya cakupan komunitas ini, YUK Cari terus berupaya menanamkan budaya membaca nyaring sebagai bagian dari gerakan literasi yang menyenangkan dan bermanfaat bagi anak-anak di Gunungkidul.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *