GUNUNGKIDUL – Sebagian besar warga Kabupaten Gunungkidul berprofesi sebagai petani. Di bulan Maret 2025 ini, hampir semua petani telah menyelesaikan panen padi dan jagung hasil musim tanam pertama.
Sebentar lagi petani akan memasuki musim tanam kedua, yang artinya lahan pertanian mereka akan langsung digunakan untuk menanam palawija dan sebagian kembali menanam padi.
Sebagai bentuk upaya dukungan terhadap petani dan untuk menuju swasembada pangan baik daerah maupun nasional, pemerintah menggelontorkan berbagai bantuan untuk petani. Mulai dari bantuan alat pertanian atau alsintan hingga bantuan benih padi dan jagung.
“Bantuan alsintan dan puluhan ton benih sudah kami terima dan mulai kami distribusikan ke kelompok tani di Gunungkidul,” terang Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Raharjo Yuwono.
Data yang ada, Gunungkidul menerima bantuan 61,8 ton benih padi dan 19,035 ton benih jagung. Benih tanaman pangan ini akan akan menyasar 10 kapanewon. bantuan benih ini hanya akan menyasar 2.472 hektare lahan padi dan 1.269 hektar lahan jagung hibrida. Sedangkan data DPP diperkirakan pada musim tanam kedua ini ada 7.176 hektare lahan jagung dan 8.383 hektare lahan padi.
“Setiap satu hektare lahan akan menerima bantuan 25 kg benih,” kata Raharjo Yuwono.
Lebih lanjut ia mengatakan, untuk menuju swasembada pangan petani merupakan ujung tombaknya. Maka dari itu berbagai upaya untuk menggenjot hasil pertanian terus dilakukan oleh pemerintah salah satunya dengan pemberian berbagai bantuan berkaitan dengan sektor ini.
“Untuk benih kami sudah menerima. Pun dengan alokasi pupuk yang terus digelontor oleh pemerintah, tahun ini jumlahnya sangatlah besar,” jelas dia.
Raharjo mengatakan, pada tahun 2025 ini Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mendapatkan alokasi pupuk urea sebanyak 20.920 ton. Kemudian pupuk NPK sebesar 17.251 ton dan NPK Formula Khusus sebanyak 10 ton.
“Jumlah alokasi pupuk ke Gunungkidul tahun ini lebih banyak dibandingkan dengan tahun lalu. Untuk pupuk ini sebenarnya sudah bisa ditebus sejak Februari lalu kan petani saat itu sudah hampir panen jadi belum ada yang menebusnya. Pun dengan sekarang ini juga belum banyak yang mengambil karena baru selesai panen dan baru mulai tanam padi atau jagung,” terang Raharjo Yuwono.
Selain itu, beberapa waktu lalu pemerintah juga memberikan bantuan peralatan penunjang kegiatan pertanian seperti hand traktor dan lainnya. Tidak hanya dari pemerintah pusat melalui APBN tapi dari kabupaten melalui APBD pun juga akan menyalurkannya.
Adapun alat pertanian yang telah dibagikan ke 9 kelompok tani ini meliputi 10 unit traktor roda 2, sebanyak 9 unit traktor roda 4, dan 210 unit hand sprayer. Renacananya peralatan pertanian ini akan disalurkan ke 9 kelompok tani yang by name dan by addressnya sudah terdata menjadi penerima bantuan.
Sementara itu, salah seorang petani di Semanu, Tumiyem mengatakan untuk lahan pertanian miliknya selama ini hanya bisa 2 kali tanam dan dua kali panen. Sebab lahan di wilayahnya merupakan lahan yang mengandalkan air hujan saja.
“Di musim tanam kedua ini saya tanam sistem tumpangsari jagung dan kacang hijau yang jenisnya tahan di cuaca kering karena sini sulit aliran air. Kalau yang sebelah utara itu biasanya sampai 3 kali setelah padi, palawija kemudian digunakan untuk menanam sayur atau hortikultura karena ada sumur bor jadi kebutuhan air tercukupi,” pungkasnya.