leptospirosis

Sosialisasi PHBS Gencar Dilakukan Guna Tekan Leptospirosis

Gunungkidul, — Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul menyebut kasus leptospirosis selama 5 bulan terakhir mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Meski demikian, pemerintah tetap menghimbau masyarakat untuk mewaspadai penyebaran penyakit yang disebabkan oleh kencing tikus tersebut.

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dan Zoonosis, Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes Gunungkidul, Yuyun Ika Pratiwi mengungkapkan, terhitung dari bulan Januari sampai dengan Mei 2024 ini terdapat 14 kasus leptospirosis yang terjadi di kabupaten Gunungkidul. Jumlah ini tergolong menurun jika dibandingkan dengan kejadian di tahun lalu dengan periode yang sama.

“Sampai dengan Mei ini ada 14 kasus leptospirosis,” kata Yuyun Ika Pratiwi.

Menurutnya tidak ada kasus yang menyebabkan kematian. Adapun semua pasien yang dilarikan ke fasilitas kesehatan tertangani dengan baik.

“Bersyukur tidak ada kasus kematian,” sambungnya.

Meski saat ini memasuki musim kemarau, namun pihak Dinkes menghimbau kepada masyarakat umum tetap mewaspadai penyebaran kasus ini. Utamanya para warga yang berada di lahan pertanian basah, sebab penyebaran penyakit ini berada di lahan yang berair.

“Agar petani menggunakan alat pelindung diri khususnya jika terdapat luka di area kaki. Selama ini, kasus leptospirosis dan DBD hampir sama, terjadi di musim penghujan dengan gejala yang hampir sama juga,” kata Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono.

Upaya pencegahan terhadap penyebaran leptospirosis dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Selain itu, pada saat beraktivitas di ladang  juga menggunakan pelindung kaki. PHBS itu diklaim senantiasa gencar dilsosialisasikan ke masyarakat.

Berdasarkan data dari tahu ke tahun, 2017 lalu yang mencapai 64 kasus dalam setahun. Pada tahu tersebut, tercatat ada 16 orang yang meninggal dunia. Data yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, setelah 2017 dengan kasus penderita dan kematian yang tinggi kemudian ada penurunan yang signifikan.

Dimana pada 2018 terdapat 16 kasus dengan kematian 1 penderita, tahun 2019 ada 9 kasus dengan 2 penderita meninggal, dan tahun 2020 6 kasus leptospirosis 1 meninggal dunia. Tahun 2021 mulai mengalami peningkatan kembali, yaitu terdapat 17 kasus dengan angka kematian 4 orang, tahun 2022 kemarin ada 31 kasus dengan 4 kasus kematian.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *