INDI UGM kali ini berkolaborasi dengan Gapoktan Sembada Desa Pacarejo, Semanu Gunungkidul. Terwujud dalam pengembangan desa binaan tahun 2022. Konsepnya peningkatan produktivitas tanaman Indigofera tinctoria sebagai bahan baku pewarna alami.
Kunjungan dan pendampingan berlangsung 10 Oktober 2022 di desa Pacarejo. Hadir dalam acara tersebut Supradianto S.S., M.A selaku Ketua Tim kegiatan pengabdian , Prof. Dr. Ir. Edia Rahayuingsih dan Prof. Dr. Kumala Dewi MSc.St selaku anggota tim kegiatan pengabdian.
“Penanaman Indigofera tintoria L telah dilakukan olek kelompok tani desa Pacarejo sejak bulan Mei 2021, dimulai dengan pelatihan pembibitan dan kegiatan penanaman oleh beberapa anggota kelompok tani di lahan yang semula belum dimanfaatkan,” jelas Supradianto.
Adapun lokasi penanaman yaitu di sekitar bendungan Jowinantang Dusun Dengok Kidul, Desa Pacarejo. Jumlah tanaman Indigofera yang telah ditanam yaitu kurang lebih sejumlah 4000 tanaman.
Dari peninjauan di lapangan teramati bahwa tanaman Indigofera telah tumbuh dengan baik. Didukung adanya hujan yang sudah mulai turun beberapa minggu terakhir sebelumnya. Tanaman Indigofera tumbuh dengan cara tebar benih langsung dan hasil pertumbuhan tanaman umumnya bergerombol.
“Untuk hal ini telah disarankan agar dilakukan penjarangan tanaman dengan jarak tanam sesuai yang disarankan yaitu sekitar 70 cm antar tanaman,” katanya.
Untuk tanaman yang semula dikecambahkan dalam polybag dan dipindah tanam dilahan sudah dapat beradaptasi cukup baik. Memiliki ketinggian tanaman sekitar 50 centimeter. Pada petak lahan yang lain ada pula tanaman yang telah mencapai ketinggian sekitar satu meter
“Kedepan anggota kelompok tani desa Pacarejo masih akan melakukan pembukaan lahan tidur. Lokasinya ada di sekitar waduk Jowinantang. Rencananya untuk penanaman Indigofera bisa mencapai luasan tidak kurang dari 2 hektar,” ujarnya.
Setelah melihat tanaman Indigofera yang telah dibudidayakan tersebut, dilanjutkan dengan acara sarasehan di balai Dusun Dengok Kidul, Desa Pacarejo. Acara sarasehan dihadiri 20 warga yang mewakili ketua gapoktan dan ketua pedukuhan di desa Pacarejo.
Dalam kesempatan sarasehan ini ketua Gapoktan Sembada Pacarejo, Desa Pacarejo Watino kembali menyatakan kesediaannya untuk menggerakkan anggota kelompok tani. Khususnya dalam budidaya Indigofera secara berkelanjutan.
“Melihat prospek dan cara perawatannya, warga tertarik untuk membudidayakan tanaman ini,” katanya.
Selain itu Prof. Dr. Ir. Edia Rahayuningsih juga menjelaskan drtil mini plant pewarna indigo. Syaratnya budidaya Indigofera harus dapat dilaksanakan dengan luasan setidaknya 2 hektar. Penanaman telah diatur sehingga panen daun Indigofera sekitar 500 kilogram bisa diatur setiap minggunya.
“Anggota kelompok tani desa Pacarejo sangat antusias dalam menanggapi kerjasama ini dan mereka juga berupaya untuk mewujudkan budidaya Indigofera dalam luasan lahan yang lebih besar,” ujarnya.
Terkait dalam perawatan tanaman, dijelaskan oleh Prof. Dr. Kumala Dewi MSc.St. Untuk tahapan awal penanaman Indigofera memerlukan perawatan intensif terutama ketersediaan air yang cukup dan juga pemupukan.
Kecepatan pertumbuhan yang nampak sedikit rendah dapat disebabkan karena kurang ketersediaan air saat awal pertumbuhan vegetative. Kondisi cekaman kekurangan air yang menghambat pertumbuhan vegetative sebaliknya dapat memicu perkembangan generative yaitu tanaman jadi cepat berbunga.
Kondisi ini juga dapat memperlambat pertumbuhan daun yang akan dimanfaatkan untuk bahan pewarna alam indigo. Ini karena proses perkembangan bunga juga memerlukan hasil fotosintesis.
“Sehingga ada kompetisi perolehan hasil fotosintesis antara daun-daun baru yang tumbuh dengan bunga dan biji,” ujarnya.
Tanaman yang menunjukkan fase pembungaan lebih awal juga dapat disebabkan kondisi hara pada lahan yang kemungkinan kelebihan unsur P (fosfor) namun kekurangan hara yang lain. Untuk memastikan hal ini masih perlu dilakukan pengujian status hara tanah yang digunakan untuk penanaman Indigofera.
Selain penyiraman, tanaman Indigofera juga memerlukan pemupukan dan penambahan biostimulan. Tujuannya untuk meningkatkan performa pertumbuhan tanaman.
Tanaman Indigofera merupakan tanaman yang tergolong dalam famili Fabaceae. Dikenal juga sebagai Leguminosae. Tanaman ini dapat membentuk bintil akar.
Mikroorganisme yang ada di bintil akar dapat menambat nitrogen yang ada di udara. Lalu mengubahnya menjadi bentuk nitrogen yang dapat diserap tanaman. Dengan demikian penanaman Indigofera dapat mendukung peningkatan kesuburan tanah.
“Selain itu tanaman Indigofera sudah dapat dipanen apabila telah mencapai umur 4-5 bulan dan setelah pemangkasan maka tunas-tunas samping akan muncul dan tumbuh kembali,” katanya.
Dapat dipahami apabila penanaman Indigofera inipun dapat membantu aktivitas reduksi karbondioksida. Kandungan berlebih di atmosfer merupakan salah satu penyebab pemanasan global yang saat ini sudah terasa dampaknya.
Diharapkan melalui budidaya Indigofera di desa Semanu ini dalam jangka panjang dapat dilihat efek positip. Pertama peningkatan kesuburan tanah. Kedua dukungan dalam reduksi karbondioksida sehingga diperoleh kondisi lingkungan yang lebih bersih.
“Ketiga, peningkatan pendapatan masyarakat melalui hasil panen daun Indigofera maupun penyediaan bibit. Keempat adalah peningkatan pendapatan masyarakat apabila telah terwujud miniplant pengolahan daun Indigofera menjadi pewarna alami,” ujarnya.