Walang Goreng atau belalang goreng sudah sedari dulu menjadi ikon makanan ekstrim yang wajib dijajal bagi wisatawan apabila menginjakkan kaki di Bumi Handayani Kabupaten Gunungkidul.
Biasanya para penjual walang goreng tampak menawarkan makanan ekstrim itu di pinggir ruas jalan Wonosari – Jogja, tepatnya kawasan Hutan Tleseh, Kalurahan Gading, Kapanewon Playen.
Salah satu dari sekian banyaknya penjual walang goreng yang mangkal di pinggir jalan itu adalah Bu Sinuk. Ia telah berjualan makanan ekstrim ini sejak puluhan tahun silam. Dalam sehari ia mampu menjual hingga puluhan toples belalang kepada wisatawan yang penasaran.
Sudah jualan dari tahun 1999, perhari kadang laku 10-15 toples kalau ramai bisa 50 toples biasanya waktu liburan. Kebanyakan dari luar Gunungkidul yang dari Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya kalau lewat sini pasti beli. Lebih sering jadi oleh-oleh nanyain, ini makanan apa buk? Soalnya kan ekstrim kelihatannya,” terang Bu Sinuk, Jumat (21/10/2022).
Adapun harga satu toples walang goreng yang dijual oleh Bu Sinuk mencapai Rp 25 ribu dan Rp 30 ribu, tergantung dari ukuran toples.
Jenis belalang yang sering dijual ada 2 macam, yakni belalang beras dan belalang kayu. Bedanya ada di ukuran. Kalau belalang kayu besar-besar. Sedangkan belalang beras jauh lebih kecil. Sudah dari dulu dikonsumsi, sekaligus secara nggak langsung bantu petani buat mengurangi hama,” terang Bu Sinuk.
Ini tahan atau awet sampai 1 bulan. Bisa tahan lama karena dibersihkan sampai dalam. Jadi waktu digoreng itu keringnya sampai dalam. Buat camilan bisa, buat lauk pauk makan sama nasi hangat ditambah sambel bawang juga oke,” tuturnya.
Namun Bu Sinuk juga menceritakan, untuk di Gunungkidul belalang memiliki musimnya sendiri yang biasanya akan banyak pada musim mendekati panen padi. Dengan demikian ia harus memasok belalang mentah dari Kebumen dan Cilacap, Jawa Tengah.