Bagi kebanyakan orang pohon pisang yang sudah dipanen, gedebog pisang atau pelepah pisang biasanya akan dibiarkan saja menjadi limbah. Namun tidak bagi Kelompok Wanita Tani (KWT) Ngudi Makmur Kalurahan Sumberwungu, Kapanewon Tepus. Pelepah pisang ini mereka olah menjadi kuliner keripik yang renyah.
Melalui berbagai pelatihan dan belajar praktik memasak, KWT Ngudi Makmur berhasil mengembangkan usaha produk keripik pelepah pisang sejak tahun 2010 di Padukuhan Pakwungu, Kalurahan Sumberwungu.
Dulu belajar praktik masak dengan orang Playen. Ada pelatihan-pelatihan, juga bantuan dari pemerintah. Lalu kami coba-coba agar dapat bernilai ekonomis, dan kelanjutannya berkembang sampai sekarang,” jelas Supatminah, Ketua Kelompok Wanita Tani Ngudi Makmur, Sabtu (08/10/2022).
Supatminah menyebut bahan baku utama keripik pelepah pisang ini yang digunakan ialah jenis pohon pisang Kepok bagian tengah. Bagian inilah yang nantinya diolah dengan cara digoreng beberapa kali menjadi keripik.
Pemilihan pelepah pohon pisang Kepok ini dikarena cita rasanya yang dinilai lebih enak dibanding dengan kebanyakan jenis pisang lain. Selain itu ukuran pelapah pisang Kepok yang lebih besar menjadi pertimbangan tersendiri.
Prosesnya kurang lebih 4-5 hari. Bahannya hanya pelepah pisang, tepung beras dan tepung kanji. Rasanya itu khas sekali gurih, renyah, kering dan tentu saja enak. Orang-orang sudah kerasan juga dengan keripik ini,” imbuh Supatminah.
Meskipun ada permintaan dari pelanggan soal varian rasa lain, namun untuk sementara ini ia baru bisa melayani varian rasa original saja.
Keripik pelepah pisang ini dijual dalam kemasan 100 gram dengan harga Rp 10 ribu. Untuk saat ini produksi keripik masih tergantung pada pesanan, khususnya untuk oleh-oleh.
Setelah pandemi Covid-19 melanda, sejauh ini pemasarannya dengan cara menitipkan ke toko oleh-oleh di Jogja. Sebagian pelanggan yang sudah tahu, biasanya langsung memesan ke tempat produksi.