Rangkaian Upacara Pembukaan Cupu Kyai Panjala

Pembukaan Cupu Kyai Panjala merupakan upacara adat yang dilakukan di Padukuhan Mendak, Kalurahan Girisekar, Kapanewon Panggang, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun urutan-urutan upacara pembukaan Cupu Kyai Panjolo adalah sebagai berikut: dimulai dengan berdoa memohon selamatan. Kemudian Ki Ronopawiro selaku pemilik dan merangkap juru kunci lalu menerima tamu yang menyatakan diri ingin minta berkah melalui Cupu Kyai Panjolo.
Biasanya tamu yang datang banyak sekali, mereka banyak yang datang dari tempat yang jauh. Mereka dilayani satu persatu diurutkan dari yang paling dulu datangnya. Masing-masing orang punya permintaan yang berbeda-beda.
Sementara Ki Ronopawiro melayani tamunya maka Nyi Ronopawiro dengan dibantu oleh sanak saudaranya sibuk memasak makanan untuk selamatan. Bahan-bahan yang dimasak ini berasal dari para tamu yang pernah minta berkah ke situ kemudian permohonannya dikabulkan pada tahun sebelumnya.
Di antara tamu yang terkabul permintaannya tersebut sengaja membawa kain putih untuk pembungkus peti yang dipakai untuk menyimpan cupu tersebut. Keesokan harinya yaitu hari Jum’at Kliwon diadakan selamatan berupa nasi gurih dan lauk pauk. Pada saat selamatan ini semua hadirin boleh ikut menikmati suguhannya.
Suatu hal yang menarik adalah cara makannya. Pengunjung sangat disarankan kembulan, maksudnya tiap satu piring dimakan oleh 2 orang. Setelah doa selamatan berakhir, barulah Cupu Kyai Panjolo dikeluarkan dari penyimpanannya.
Peti yang berisi cupu tersebut dibawa ke ruang depan yang diletakkan di atas meja. Dengan disaksikan para peziarah, kain mori pembungkus peti tersebut satu persatu diambil. Setelah mengamati kain mori tersebut kemudian peti tersebut dibuka. Semua proses pembukaan cupu ini mengandung ramalan dari mulai kain mori sampai tata letak cupu tersebut.
Setelah dibuka kemudian cupu tersebut ditimang dan dibersihkan lalu kemudian diletakkan kembali ke tempat semula. Tidak lupa di sela-sela nya kemudian diberi bunga dan dibungkus dengan kain mori serta diikat dengan tali bambu. Kemudian peti itu dibawa ke dalam rumah ke ruang tengah yang disebut pedaringan. Di penyimpanan ini bungkusan peti tersebut digantungkan pada grobok kayu.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *