Kadipaten Ngimbang yang Berada di Gunungkidul

Dahulu Di wilayah Gunungkidul, terdapat sebuah kadipaten kuno bernama Kadipaten Ngimbang yang termasuk wilayah Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat. Situs Kadipaten Ngimbang berada Alas Putat berupa peninggalan batu-batu ukir, pelataran dan ompak untuk rumah joglo, serta beberapa arca dari batu hitam.
Adipati Ngimbang ini sosok pimpinan yang arif dan bijaksana. Sehingga disukai oleh rakyatnya, karena begitu dekat dan akrab dengan wong cilik. Yang paling mengesankan bagi rakyatnya, beliau ini senang mengunjungi para kawulanya dengan menunggang kuda kesayangannya. Konon kuda yang dimiliki oleh sang adipati ini lain dari kuda pada umumnya. Sehingga apabila kuda dimandikan di Kali Kotak (kali kotaknya masih ada hingga saat ini), menimbulkan bekas pada batu-batu di dasar kali. Lubang bekas kaki kuda juga masih nampak jelas pada saat ini.
Kadipaten Ngimbang meninggalkan sebuah warisan hidup bernama Padukuhan Ngimbang. Orang yang pertama kali mendirikan sebuah Padukuhan tersebut sebelumnya bersumpah kepada Sang Semara Bumi (Tuhan Pencipta Bumi), bahwa penduduk Padukuhan Ngimbang nantinya luwih becik menang katimbang sugih banda yang artinya dalam hidup lebih baik menang daripada kaya harta.
Janji dan sumpah tersebut mempunyai makna religius yang sangat tinggi. Karena yang dimaksud menang tersebut adalah kemenangan dalam segala hal. Termasuk kemenangan mengatasi hawa nafsu, kemenangan mengatasi segala persoalan hidup, mengatasi kemerosotan moral, dan lain sebagainya.
Setiap batas Padukuhan Ngimbang ditanami pohon jarak. Pohon yang satu ini dapat mengusir segala roh jahat dan setan. Sehingga Padukuhan tersebut akan terbebas dari segala gangguan.
Di Padukuhan Ngimbang tersebut terdapat sebuah sumber air yang biasa dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk di sekitarnya. Seperti untuk minum, mandi, mencuci, memasak maupun untuk keperluan-keperluan lainnya. Karena pada waktu itu penduduk belum ada yang mempunyai sumur maka sumber air yang dinamakan Kali Mojing itu merupakan satu-satunya sumber air yang ada di Padukuhan tersebut.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *