Tradisi Ruwatan di Gunungkidul

Ruwatan adalah salah satu upacara tradisional dengan tujuan utama mendapatkan keselamatan supaya orang terbebas dari segala macam kesialan hidup, nasib jelek dan selanjutnya agar dapat mencapai kehidupan yang ayom ayem tentrem artinya aman, bahagia, damai di hati. Lebih konkritnya ruwatan sebagai suatu upaya membersihkan diri dari sengkala dan sukerta atau dosa dan sial yang diakibatkan dari perbuatannya sendiri, hasil perbuatan jahat orang lain maupun force-majeur misalnya faktor kelahiran dan ketidaksengajaan di luar kendali dirinya.
Pada saat ini ruwatan yang dilakukan oleh sebagaian masyarakat Jawa jauh berbeda dengan kebudayaan peninggalan pada zaman Hindu-Budha. Hal ini merupakan suatu kewajaran karena mengikuti hukum dinamika zaman. Ruwatan dirí sendiri dilakukan dengan cara-cara tertentu seperti melakukan puasa (ajaran sinkretisme), melakukan berbagai macam selamatan, melakukan laku tarak brata atau tapa brata.
Ruwatan yang paling terkenal sejak zaman kuno diselenggarakan oleh nenek moyang adalah ruwatan murwakala. Dalam ruwatan ini dipergelarkan wavang kulit dengan cerita Murwakala di mana orang-orang yang termasuk kategori sengkolo-suker to diruwat atau disucikan supaya terbebas dari hukuman Betara Kala, gambaran raksasa menakutkan yang suka memangsa para sukerta.
Di Gunungkidul, tradisi Ruwatan ini paling sering dilakukan terhadap Anak yang hendak menikah.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *