Waktu Pertunjukan Seni Budaya Gejog Lesung Gunungkidul

Zaman dahulu masyarakat memainkan Gejog Lesung Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakartaseraya melepas kepenatan setelah memanen padi. Mereka memainkannya tengah malam saat bulan purnama atau terang bulan. Tabuhan lesung mengiringi berbagai macam permainan anak-anak dan dewasa di luar rumah. Pada perkembangan zaman milenial ini, kesenian Gejog Lesung hanya dapat Anda temui pada acara-acara tertentu. Mulai dari acara bersih desa, penyambutan tamu, upacara adat, hingga kirab.
Umumnya Gejog lesung ini terdiri dari 12 orang pemain yang terbagi 5 menjadi penabuh, dan sisanya menjadi penyanyi atau wiraswara. Wiraswara bernyanyi dan berlenggak lenggok sambil menari membawa tambir. Tambir merupakan tempat nasi yang berbentuk bulat. Tembang jawa yang terlantun adalah lagu tradisional seperti gundul-gundul pacul, lumbung padi dan lainnya.
Pertunjukan gejog lesung seringnya diperankan oleh para ibu-ibu tanpa menggunakan alat lainnya. Semua terfokus pada alat lesung yang berupa batang kayu halus untuk menumbuk padi.
Banyak kelompok kesenian gejog lesung yang masih melestarikan kesenian ini. Meski tak muda lagi, mereka menyajikan irama tabuhan gejog lesung yang unik dan menarik untuk didengar. Gejog Lesung Gunungkidul hingga kini masih terus dilestarikan sehingga menjadi kekayaan budaya khas Gunungkidul yang unik.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *