INIGUNUNGKIDUL ,–Semarak peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia sudah terasa sejak bulan Juli lalu. Selain memasang bendera Merah Putih, warga Gunungkidul juga memasang umbul-umbul berwarna Kuning dan Merah.
Tak sedikit yang beranggapan bahwa umbul-umbul tersebut hanya sebatas kain perpaduan dua warna yang dipasang sekedar meramaikan momentum kemerdekaan.
Padahal, umbul-umbul atau panji tersebut memiliki makna atau filosofi tersendiri bagi Bumi Handayani. Namanya yaitu Umbul-umbul Podhang Ngisep Sari yang hampir setiap momen besar selalu dipasang oleh warga di sepanjang jalan daerah masing-masing.
Kepala Seksi Sejarah dan Permuseuman Bidang Sejarah, Bahasa, Sastra, dan Permuseuman Kundha Kabudayan Gunungkidul, Sukasno mengatakan, umbul-umbul Podhang Ngisep Sari merupakan icon Gunungkidul yang diberikan oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Icon tersebut memiliki makna yang sangat mendalam bagi Gunungkidul karena mengandung pengertian melalui akal budi mengelola dan memanfaatkan potensi yang ada di Gunungkidul termasuk potensi alam bagi kelangsungan hidup.
Ia menjelaskan, Podhang Ngisep Sari diartikan sebagai burung Podhang yang tengah menghisap madu bunga yang kemudian diinterpretasikan sebagai berikut ini. Podhang adalah segenap lapisan masyarakat Gunungkidul.
Kemudian Ngisep adalah usaha yang dikakukan untuk merawat dan mengelola manfaat dari potensi yang dimiliki oleh daerah tinggalnya.
Kabupaten Gunungkidul memiliki potensi alam yang begitu luar biasa. Tentunya dalam mengambil potensi ini dilakukan agar bermanfaat bagi sesama dan tidak merusak lingkungan.
Sedangkan Sari menggambarkan bunga yang diartikan potensi Gunungkidul dari alam berupa flora, fauna, mineral dan lainnya.
“Makna dari umbul-umbul Podhang Ngisep Sari seperti itu. Jadi tidak sekedar bendera atau umbul-umbul untuk memeriahkan suatu kegiatan di sebuah daerah saja,” terang Sukasno
Lebih lanjut ia mengatakan, dulunya Podhang Ngisep Sari ini bernama panji-panji yang pemasangannya juga dimaksudkan sebagai alat penunjuk eksistensi Kasultanan.
Bentuknya dulu berupa bendera atau panji-panji berlatar kuning dan ditengahnya terdapat lingkaran merah menyerupai bendera Jepang.
Seiring berjalannya waktu, kemudian dilakukan perubahan oleh sejumlah pihak. Akhirnya disepakati, panji-panji Podhang Ngisep Sari ini berubah penyebutannya menjadi umbul-umbul. Bentuk juga berbeda yaitu dari bendera persegi berubah memanjang.
“Tahun 1982 ada perubahan, baik penyebutan, bentuk dan warna. Saat ini umbul-umbul Podhang Ngisep Sari berupa bendera panjang dengan warna kuning dominan 60 persen dan merah 40 persen,” jelas dia.
Saat ini, untuk pemasangannya sendiri selalu diwajibkan pada momentum tertentu di Kabupaten Gunungkidul.
Umbul-umbul Podhang Ngisep Sari hanya dimiliki Bumi Handayani, sedangkan kabupaten atau kota lain di DIY memiliki bendera tersendiri.
“Untuk pemasangan memang mayoritas sudah kompak ya, tapi memang untuk filosofi atau maknanya memang masyarakat belum banyak yang tahu. Mereka hanya sebatas memasang saja,” tandasnya.
Hal ini lah yang menjadi PR bagi pemerintah untuk kian getol dalam menyosialisasikan makna dari umbul-umbul Podhang Ngisep Sari. Sehingga warga memiliki wawasan dan memiliki keinginan untuk melestarikannya kedepan.
“Dalam setiap kesempatan pertemuan dengan warga kami berikan materi tentang filosofi bendera atau panji-panji yang dimiliki oleh Gunungkidul,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Kundha Kabudayan Gunungkidul, C. Agus Mantara mengatakan, umbul-umbul Podhang Ngisep Sari merupakan kearifan lokal dan dapat diartikan pula sebagai identitas warga Gunungkidul. Mengingat ada makna tersendiri dari warna dan bentuk umbul-umbul ini.
“Ini identitas atau simbol yang menggambarkan kearifan lokal daerah dan warganya,” ungkapnya
Namun hingga saat ini khususnya generasi muda masih banyak yang belum mengetahui mengenai umbul-umbul Podhang Ngisep Sari mulai dari sejarah dan filosofinya.
“Pada momen-momen tertentu kami sisipkan mengenai sejarah dan maknanya. Kemudian di kegiatan kemasyarakatan seperti lomba desa menjelang HUT RI, Hari Jadi Gunungkidul dan rasulan kami imbau dilakukan pemasangan,” terang Agus Mantara.
“Seperti pada peringatan HUT RI ini, hampir di setiap jalan perkampungan dan perkotaan dipenuhi dengan umbul-umbul ini,” pungkas dia.