Kampus Geosains UPN Veteran Akan Dibangun di Gedangsari, Pemkab: Dorong Investasi di Zona Utara Gunungkidul

GUNUNGKIDUL – Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta akan membangun kampus lapangan geosains di Kalurahan Tegalrejo, Kapanewon Gedangsari, Gunungkidul. Kehadiran institusi pendidikan tinggi negeri ini diharapkan dapat meningkatkan minat pelajar di wilayah pinggiran untuk melanjutkan pendidikan serta memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Gunungkidul.

Kepala Dinas Pertanahan dan Tata Ruang (Kundha Niti Mandala Sarta Tata Sasana) Gunungkidul, Fajar Ridwan, menjelaskan bahwa sejumlah tahapan telah dilalui UPN Veteran dalam proses pendirian kampus tersebut. Mulai dari penyusunan desain awal, pengurusan perizinan, hingga persiapan dokumen pendukung lainnya.

“Kampus ini akan dibangun di atas lahan Sultan Ground seluas sekitar 1 hektare, berlokasi di Kalurahan Tegalrejo. Surat kekancingan dari Keraton Yogyakarta sudah terbit, dan semua dokumen perizinan juga telah lengkap,” ungkap Fajar Ridwan.

Pembangunan fisik ditargetkan dapat dimulai menjelang akhir tahun 2025. Di atas lahan tersebut, rencananya akan dibangun berbagai fasilitas penunjang pendidikan, antara lain auditorium, asrama mahasiswa, wisma dosen, ruang terbuka, serta fasilitas pendukung kegiatan akademik lainnya.

Diperkirakan pada tahun 2026, pembangunan akan selesai dan kampus tersebut siap digunakan untuk kegiatan pembelajaran mahasiswa.

“Pemkab Gunungkidul dan UPN Veteran telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) pada Agustus ini. Langkah ini merupakan upaya bersama untuk mendorong pemerataan pembangunan, khususnya di wilayah utara Gunungkidul yang selama ini tertinggal dibandingkan kawasan lainnya,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Gunungkidul, Mohamad Arif Aldian, menyambut baik rencana pendirian kampus tersebut. Menurutnya, kehadiran kampus lapangan geosains ini akan dimanfaatkan oleh berbagai program studi, seperti teknik geologi, geofisika, pertambangan, geolistrik, serta geo-pertanahan. Selain itu, fasilitas ini juga akan mendukung kepentingan eksternal seperti pemerintah daerah, BUMD, dan instansi lainnya.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa Pemkab akan memberikan perhatian khusus terhadap pengembangan infrastruktur pendukung, terutama akses jalan menuju lokasi kampus.

“Peningkatan akses jalan akan kami sesuaikan dengan tahap pembangunan UPN. Ini bagian dari komitmen kami untuk mendukung percepatan realisasi kampus tersebut,” terang Arif Aldian.

Pihaknya berharap kehadiran kampus ini akan memicu semangat masyarakat di wilayah perbatasan untuk melanjutkan pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. Selain itu, ia optimistis kampus tersebut akan menarik minat investor untuk menanamkan modal di zona utara, menciptakan pemerataan ekonomi di seluruh wilayah Gunungkidul—baik selatan, tengah, maupun utara.

“Kampus ini juga mendukung upaya Pemkab dalam meningkatkan IPM serta memperkuat peran Gunungkidul sebagai bagian dari Gunung Sewu UNESCO Global Geopark dengan kekayaan geodiversitasnya,” pungkasnya.

Zona Utara Jadi Sasaran Pemerataan Investasi

Secara terpisah, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Gunungkidul, Agung Danarto, menyatakan bahwa geliat investasi di Gunungkidul terus meningkat. Namun demikian, mayoritas investasi masih terkonsentrasi di zona selatan, khususnya di kawasan pantai yang banyak dikembangkan sebagai destinasi wisata.

Ketimpangan ini, menurutnya, menjadi perhatian serius karena kawasan utara belum banyak dilirik oleh investor, padahal potensinya tidak kalah menjanjikan.

“Kami ingin distribusi investasi lebih merata. Tidak hanya fokus pada wilayah selatan, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah utara,” ujar Agung.

Untuk mengatasi ketimpangan tersebut, Pemkab tengah menyusun kajian pengembangan kawasan utara guna menarik investor. Salah satu fokusnya adalah pengembangan kawasan industri sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang berlaku.

Beberapa sektor industri yang berpotensi dikembangkan di antaranya adalah tekstil, pemintalan, garmen, pengecoran logam, pengolahan kayu, hingga industri wood pellet.

“Saat ini kajian masih dalam proses. Nantinya, dokumen tersebut akan menjadi acuan dalam mengundang investor agar tidak hanya mengandalkan sektor pariwisata, tetapi juga membuka peluang di sektor industri sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi Gunungkidul,” tegasnya.

Agung juga menambahkan bahwa pihaknya rutin mengadakan forum temu bisnis sebagai salah satu strategi promosi daerah. Tujuannya adalah memperkenalkan potensi yang dimiliki Gunungkidul kepada calon investor, baik nasional maupun internasional.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *