Mencicipi Sega Bendrat di Pinggiran Gunungkidul Hanya dengan Rp3000 Saja

GUNUNGKIDUL – Mungkin di sebagian kota uang Rp3.000 hanya cukup untuk parkir kendaraan. Namun di Gunungkidul, dengan nominal tersebut sudah bisa dipakai untuk menebus makanan yang enak dan mengenyangkan.

Di Padukuhan Karanggede B, Kalurahan Jerukwudel, Kapanewon Girisubo salah seorang warga, Warti menjajakan nasi bungkus dengan harga begitu murah, yakni Rp3.000 saja.

Lauknya memang sangat sederhana, namun dapat mengobati rasa lapar kalian dan rasanya dijamin membuat ketagihan. Produk apa yang dijual oleh perempuan yang sering dipanggil Mbah Warti tersebut ?

Nasi yang dijual adalah Nasi atau Sega Bendrat yang dibungkus dengan daun jati. Mungkin bagi sebagian orang dari luar wilayah tersebut bingung dengan apa yang di maksud dengan Sega Bendrat.

Gorengan bendrat berasal dari daun singkong yang melalui proses pengolahan panjang hingga akhirnya menjadi makanan dengan rasa gurih dan krispi.

Mbah Warti mengungkapkan, untuk membuat bendrat membutuhkan waktu 1 hari 1 malam. Mulai dari daun singkong yang dipetik dari pohonnya, kemudian dicuci beberapa kali dan di rendam menggunakan air bersih selama semalaman.

Baru setelah itu direbus dan dicuci kembali. Lembaran daun singkong muda ini selanjutnya dipotong kecil-kecil, kemudian diberi bumbu dapur seperti ketumbar, bawang putih, merica, garam dan penyedap. Kemudian daun singkong masukkan ke adonan tepung dan air secukupnya.

“Setelahnya digoreng tipis saja sampai matang. Kalau masih panas-panas, enak krispi tapi kalau sudah dingin biasanya agak keras,” kata Warti saat ditemui.

Makan gorengan ini paling enak dengan sambal atau saos kemudian nasi panas dan oseng mie. Setiap hari, Warti produksi makanan ini. Tidak hanya warga sekitar yang membeli, namun dari luar kecamatan bahkan luar kota.

“Saya mulai masak itu jam 12.00 WIB siang, sore itu sudah mulai ramai yang beli. Kemudian setelah isya itu mulai semakin ramai, biasanya anak-anak muda dari Praci, Semanu, Ponjong, bahkan Wonosari datang ke sini hanya untuk makan sega bendrat,” terang dia.

Seporsi Sega Bendrat biasanya dijual dengan Rp3.000, nasi dan gorengannya begitu banyak. Namun ada juga yang membeli hanya gorengan bendratnya saja.

“Ada yang dari Jogja jauh-jauh ke sini mau mencicipi Segao Bendrat ini katanya karena unik. Memang yang jual hanya saya saja,” imbuh dia.

“Kalau yang paling ramai itu malam menjelang jam 12 malam. Biasanya kan anak-anak berkumpul kemudian lapar, ya mereka pada ke sini untuk membeli nasi,” kata dia.

Sega Bendrat digungkus daun jati.

Saat berkunjung sore hari, biasanya pengunjung bisa langsung melihat proses pembuatan dan penggorengannya di dapur. Beberapa waktu lalu saat berkunjung, Mbah Warti bersama dengan suaminya sedang menggoreng bendrat di dapur sederhananya.

Oh iya, selain prosesnya yang sederhana dan tradisonal, menggoreng bendrat dan menanak nasinya pun masih menggunakan tungku kayu bakar. Sehingga rasanya masih sangat otentik.

“Saya jualan seperti ini mulai tahun 80-an sampai sekarang ini. Alhamdulillah masih selalu ramai dan banyak peminatnya,” ujarnya.

Salah seorang pembeli, Ulfah Nurul Azizah dari Wonosari mengatakan, dirinya sudah beberapa kali berkunjung ke warung Sega Bendrat Mbah Warti. Meski hanya makanan sederhana, namun demikian rasanya luar biasa.

“Saya sudah 5 kali ke sini sama temen-temen. Ini sama temen saya dari Jogja, kebetulan dari Wota-wati terus mampir kesini,” ucap Ulfah Nurul Azizah.

Bagi yang selesai dari meng-eksplore Padukuhan Wota-wati kemudian lapar, bisa mampir ke sini untuk mengenyangkan perut.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *