GUNUNGKIDUL – Momen Idul Adha 2025 ini membawa berkah tersendiri bagi para peternak sapi dan kambing di Kabupaten Gunungkidul. Pasalnya ternak dari daerah ini banyak diburu oleh warga lokal maupun luar daerah untuk mencukupi kebutuhan hewan kurban.
Tahun ini ada 3 ekor sapi asal Gunungkidul yang dibeli oleh Presiden Prabowo Subianto untuk kebutuhan bantuan kurban di beberapa lokasi. Tak main-main sapi yang diborong oleh orang nomor satu di negara ini ukurannya jumbo dan kesehatannya pun benar-benar terjamin.
Adapun ternak yang dibeli oleh presiden ini diantaranya milik Suraya warga Tempuran Wetan, Kalurahan Kampung, Kapanewon Ngawen dengan bobot 860 kg. Sapi ini dibeli dengan harga Rp 70 juta, nantinya akan menjadi sapi kurban presiden di Ponpes Musaid Bin Rabi Ar Rasyidi, Pundak Jepitu Girisubo.
Kemudian 1 ekor sapi limosin milik Sarwanto warga Nogosari, Bandung, Playen dengan bobot 1,1 ton akan dikirim ke Gedung Agung, harga beli Rp 90 juta. Serta Selain 1 ekor sapi jenis limosin dengan berat 950 kilo miliki Heri Supriyanto warga Bandung, Bandung, Playen juga dibeli dan akan dikirim untuk kebutuhan Balai Kota.
Senyum sumringah pun terpancar dari raut wajah Suraya warga Padukuhan Tempuran Wetan, Kalurahan Kampung, Kapanewon Ngawen, Kabupaten Gunungkidul. Ia menceritakan awal mula sapinya sampai dibeli oleh presiden sebagai hewan kurban.
Saat itu, tim dari dinas tengah berkeliling untuk mencari hewan kurban. Kebutulan melintas di jalan Ngawen-Semin dan melihat sapinya yang berukuran jumbo di dalam kandang. Petugas ini kemudian melakukan pengukuran pada sapi jenis Peranakan Ongole (PO) miliknya tersebut, bobotnya sekitar 860 kilogram. 2 minggu berlalu, ia dikabari bahwa sapinya akan dibeli dengan harga Rp 70 juta untuk kurban presiden.
“Sebenarnya belum mau saya jual, biar tembus di bobot 1 ton dulu, mungkin tahun depan baru mau saya jual. Tapi ternyata mau dibeli Pak Presiden langsung saya kasih,” jelasnya Suraya saat ditemui di rumahnya.
Sapi berukuran jumbo tersebut juga banyak yang minat. Sejumlah pedagang atau blantik beberapa kali menawar dengan harga Rp 60 an juta namun tidak ia berikan.
“Sapi saya ini akan dikurbankan di Ponpes Musaid Bin Rabi Ar Rasyidi, Pundak Jepitu Girisubo. H-1 Idul Adha akan saya kirim kesana,” imbuh dia.
Lebih lanjut Suraya mengungkapkan, sapi jenis PO dengan ukuran jumbo tersebut merupakan anak dari indukan sapi miliknya sendiri. Usianya saat ini 3,5 dan diberi nama Seno.
Untuk perawatannya selama ini layaknya sapi-sapi umum. Ia beri makan polar, rumput hijau, jerami atau damen (bahasa jawa) dan hampir setiap hari sapi tersebut ia beri buah pepaya ataupun buah-buahan lainnya.
Setiap hari, Seno ia mandikan agar terjaga kondisinya dan tidak mudah terpapar penyakit. Kebersihan kandangnya pun juga benar-benar ia jaga, setiap hari dibersihkan.
Usai dibeli presiden ini, 2 hari sekali ada dokter hewan yang berkunjung untuk memantau kesehatan ternak tersebut sebelum disembelih. Ia juga menambah makanannya agar bobotnya juga bertambah.
Kepada Inigunungkidul, Suraya mengaku senang karena tidak menyangka sapinya yang terpilih menjadi sapi kurban Presiden. Sebab selama ini dirinya tidak pernah mendaftarkan diri agar sapinya dibeli oleh pejabat maupun pemerintah.
“Tidak menyangka wong saya juga tidak mendaftar atau gimana-gimana. Sekitar 1 bulan lalu dari dinas kesini, katanya sedang mencari sapi kurban mungkin lihat sapi saya dari jalan situ karena kandang saya terlihat dari jalan raya,” kata Suraya.
Pemilik ternak lainnya, Sarwanto mengatakan sapi dengan ukuran 1,1 ton miliknya dibeli oleh presiden dengan harga Rp 90 juta untuk sapi kurban. Berbeda dengan Suraya, sapi milik Sarwanto ini didaftarkan menjadi sapi presiden.
Pada saat itu, Sarwanto menawarkan sapi miliknya yang berukuran besar tersebut. Tak berselang lama petugas datang untuk melakukan pengecekan kesehatan, laboratorium, hingga verifikasi UPT dan berselang beberapa waktu dinyatakan lolos
“Ini kebanggaan luar biasa untuk saya dan keluarga,” ucap Sarwanto.
Ia menceritakan, sapi jumbo tersebut ia pelihara sejak usia 10 bulan dengan bobot 200 kilogram. Selama 2,5 tahun sapi tersebut.ia rawat dengan baik hingga mencapai bobot 1,1 ton.
Makanannya pun benar-benar ia jaga, mulai dari pakan tumbuhan hijau, jerami kering (damen), ampas tahu, konsentrat hingga jagung giling. Bahkan sapi tersebut juga diberi vitamin dan jamu khusus ternak untuk penggemukan.
“Biasanya pagi dan sore saya beri jamu kunir, temulawak, dan gula Jawa. Untuk staminanya,” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, kebersihan kandang dan ternak juga ia perhatikan betul. Mulai dari mandi setiap pagi, hingga kandang yang setiap hari dibersihkan agar sapi terhindar dari penyakit.
Menurutnya, dengan sapi-sapi jumbo yang laku dengan harga tinggi dan dibeli oleh tokoh-tokoh kenegaraan ini membuktikan bahwa potensi peternakan di Gunungkidul sangat tinggi. Selain itu juga kualitasnya bagus meski beberapa kali dihantam wabah penyakit ternak.