Serunya Ngabuburit Tangkap Ikan di Telaga Kering

GUNUNGKIDUL – Istilah Ngedreg mungkin sangat asing bagi sebagian orang. Namun di Gunungkidul, Ngedreg menjadi wahana memanfaatkan telaga yang dilakukan oleh warga daerah ini saat air telaga sudah mulai surut menjelang musim kemarau.

Ngedreg adalah kegiatan menangkap ikan secara massal saat air telaga sudah hampir surut. Mereka menggunakan alat seadanya untuk menangkap ikan dan binatang lain yang ada di telaga.

Selain menjadi kegiatan hiburan ngedreg diharapkan dapat mendukung fungsi ekologis tersendiri yaitu membantu proses revitalisasi telaga agar lebih optimal dalam menyimpan air saat musim hujan kedepannya.

Seperti yang dilakukan oleh warga Jetis, Kapanewon Saptosari beberapa pekan lalu. Mereka melakukan kegiatan Ngedreg ini di telaga Dondong.

“Biasanya saat air sudah tinggal di atas mata kaki dan tidak memungkinkan lagi kalau mau digunakan untuk budidaya ikan, maka kami melakukan kegiatan atau tradisi ngedreg ini di telaga Dondong,” kata salah seorang warga setempat, Haryanto.

Menurutnya, akhir Februari sampai dengan awal Maret ini hujan sudah mulai tidak turun lagi. Air di telaga Dondong surut dan hampir habis maka segera dilakukan Ngedreg dengan tangan kosong maupun alat seadanya.

Kebetulan bertepatan dengan bulan puasa sehingga warga setempat sembari mengisi waktu luang. Antusiasme warga sendiri sangat tinggi.

Meski di tengah terik matahari yang menyengat warga dengan semangat masuk ke telaga dengan membawa alat seadanya dan langsung menangkap ikan dan hewan lain yang ada di dalam telaga.

“Kemarin dilakukan siang, jadi masih ada waktu para ibu-ibu untuk memasak hasil tangkapan mereka,” jelasnya.

Jenis ikan yang biasanya ditemukan di Telaga Dondong antara lain nila, tawes, dan tombro. Dalam sekali ngedreg, ikan yang berhasil ditangkap bisa mencapai lebih dari setengah kuintal.

“Kebanyakan ibu-ibu yang semangat karena mereka langsung memasak hasil tangkapannya buat buka puasa,” tambahnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, Ngedreg juga merupakan bagian dari upaya revitalisasi telaga. Sejak adanya pembangunan dan pengerukan, banyak lumpur alami atau lemi yang hilang, sehingga daya tampung air berkurang.

Melalui kegiatan ini, warga sekaligus berharap dapat mendukung kembalinya lapisan lemi dengan menginjakkan kaki di dasar telaga agar tanah kembali padat dan mampu menahan air lebih lama.

“Harapannya, telaga bisa lebih awet menampung air saat musim hujan nanti,” jelasnya.

Bagi warga Pedukuhan Dondong, Telaga Dondong memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Selain sebagai sumber air untuk mandi, mencuci, dan memberi minum ternak, telaga ini juga dimanfaatkan untuk budidaya ikan dan pemancingan.

Ratusan Telaga Mengering Saat Musim Kemarau

Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih mengatakan, Gunungkidul memiliki 359 telaga yang tersebar di seluruh wilayah di Bumi Handayani. Namun dari jumlah ini, hanya 30 yang berisi air sepanjang tahun.

Sedangkan sisanya, hanya terisi beberapa waktu saat hujan turun, kemudian menjelang musim kemarau air telaga surut dan kering.

“Kami sudah komunikasikan dengan dinas terkait, apa permasalahannya. Ternyata salah satunya adakah berkaitan dengan pembangunan telaga,” terang Endah Subekti Kuntariningsih.

Pihaknya mulai membahas mengenai solusi pemecah permasalahan telaga yang dihadapi di Gunungkidul. Potensi telaga sangatlah besar utamanya untuk menjaga ekosistem air di daerah-daerah tersebut.

“Ini yang tengah kami bahas adalah solusinya itu bagaimana agar air di telaga tetap ada setiap tahun. lha ternyata fungsi dari telaga itu sendiri sekarang hanya untuk tempat pemancingan, berbeda dengan dulu yang memiliki banyak fungsi, sehingga ekosistem di lokasi tersebut terjaga,” pungkas dia.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *