Menelisik Potensi Sumber Air Bawah Tanah Bribin di Gunungkidul

GUNUNGKIDUL – Kabupaten Gunungkidul selama ini dikenal dengan daerah tandus yang sulit untuk mendapatkan air. Padahal daerah ini memiliki beberapa sumber air dari sungai bawah tanah yang potensinya luar biasa untuk mencukupi kebutuhan masyarakat.

Salah satu sumber air yang selama puluhan tahun dimanfaatkan adalah sumber air sungai bawah tanah Bribin yang berada di Kalurahan Dadapayu, Kapanewon Semanu, Gunungkidul.

Sumber air ini sudah dimanfaatkan oleh warga sejak jaman dulu, kemudian di tahun 1980 an mulai Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Tirta Handayani mulai melakukan penelitian dengan menggandeng pihak-pihak tertentu.

Direktur Utama PDAM Tirta Handayani, Toto Sugiarto mengatakan hasil penelitian yang dilakukan saat itu menyebutkan bahwa sumber air ini air sangat melimpah dan diperkirakan mampu mencukupi kebutuhan ribuan masyarakat di beberapa kapanewon. Sejak tahun itulah, PDAM mulai memanfaatkan sungai bawah tanah Bribin.

Pengembangan terus dilakukan oleh perusahaan daerah tersebut untuk memaksimalkan pelayanan air bersih terhadap warga. Sumber ini ternyata memiliki debit air 920 liter per detik, akan tetapi  saat ini baru dimanfaatkan 100 liter per detik saja.

“Potensinya memang sangat besar yaitu 920 liter per detik namun kami baru bisa memanfaatkan 100 liter per detik,” terang Toto Sugiarto, Minggu (2/3/2025)

“Potensinya memang luar biasa, namun demikian kami baru bisa memanfaatkan yang 100 liter per detik itu. Upaya pengembangan akan terus kami lakukan,” ucap Toto Sugiarto, Direktur Utama PDAM Tirta Handayani.

Lebih lanjut Toto mengungkapkan, tidak dimaksimalkannya pemanfaatan sumber air tersebut karena biaya investasi peralatan yang sangat tinggi. Ia mencontohkan untuk biaya pembelian dan pemasangan pompa yang mahal, belum lagi pengadaan instalasi perpipaan, listrik dan lainnya.

“Selain itu medan untuk masuk ke dalam sumber yang berada di perut goa itu sangatlah sulit. Sehingga kami hanya bisa menggunakan 100 liter per detik itu dengan biaya investasi dan pemeliharaan yang disesuaikan dengan kemampuan,” terangnya.

Sumber air bawah tanah ini melayani sekitar 7000 pelanggan yang berada di Kalurahan Giripanggung, Tepus, Jepitu, Balong, Botodayaan, Petir, Pucanganom, sebagian Kecamatan Rongkop, Kalurahan Karangawen, Bohol, Nglindur, dan Karanggede.

“Otomatis jika ada trouble di peralatan yang ada disana, suplai air bersih ke 7000 pelanggan ini terganggu. Seperti contohnya beberapa pekan lalu, adanya kerusakan pompa tersebut, petugas kemudian melakukan pembersihan sampah pada Pompa 75 KW Intake Bribin yang berada di Sungai Bawah Tanah Gua Bribin,” tambah dia.

Toto menjelaskan, untuk memperbaiki pompa tersebut, petugas harus masuk ke area dalam sungai bawah tanah. Dengan jarak 300 meter dari mulut goa, sekitar 8 petugas membawa pompa dengan berat 500 kg masuk ke dalam dengan medan yang begitu sulit.

“Medan masuknya sangat luar biasa sulitnya meski hanya 300 meter. Tapi jalur yang dilalui ada yang harus merayap, minim oksigen, dan lain sebagainya. Kalau ada kerusakan memang membutuhkan waktu karena ya itu tadi medannya yang sulit,” tandasnya.

Kedepannya, PDAM tengah berupaya akan memanfaatkan sumber air Ngreneng di Kalurahan Ngeposari. Dimana sumber ini juga memiliki potensi yang sangat besar untuk mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat Gunungkidul.

“Akan kami kembangkan yang di Ngreneng itu, debitnya sekitar 50 liter per detik yang akan dimanfaatkan untuk menambah jangkauan pelayanan air bersih bagi warga Gunungkidul. Sehingga permasalahan air di Gunungkidul dapat terselesaikan,” pungkas dia. (*)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *