GUNUNGKIDUL, — Sebelum memasuki bulan puasa masyarakat masyarakat Jawa memiliki tradisi yang selalu dijalankan. Salah satunya adalah Padusan yang sering dilakukan oleh masyarakat tak terkecuali oleh warga Gunungkidul
Padusan merupakan sebuah tradisi yang sudah ada sejak berpuluh-puluh tahun lalu bahkan lebih yang dilakukan oleh umat islam menjelang Bulan Ramadhan. Padusan sendiri berasal dari kata bahasa Jawa yaitu “adus” yang memiliki arti mandi.
Bagi masyarakat, khususnya di Gunungkidul, padusan memiliki makna menyucikan diri yang dalam hal ini adalah membersihkan jiwa dan raga, untuk menyambut Bulan Ramadhan. Sehingga, masyarakat dapat melaksanakan ibadah puasa dalam kondisi yang suci baik lahir maupun batin.
Selain itu, beberapa juga mengartikan padusan memiliki makna lebih mendalam yakni sebagai media introspeksi diri dari segala kekurangan yang dilakukan pada masa lalu seseorang. Selain sebagai bentuk persiapan secara spiritual, tradisi padusan juga memiliki manfaat tersendiri dari aspek sosial.
Adapun biasanya kegiatan ini dilakukan di sumber air besar yang mana air dianggap sebagai elemen yang berperan penting dalam proses penyucian diri.
Di Kabupaten Gunungkidul, masyarakat biasanya mengunjungi kawasan sungai, pantai, sendang atau sumber air yang terus mengeluarkan air untuk melakukan tradisi padusan. Oleh karena itu, setiap menjelang Bulan Ramadhan, sejumlah objek wisata di Kabupaten Gunungkidul yang bertemakan air selalu ramai dipadati pengunjung.
Tahun 2025 ini, awal Bulan Ramadhan jatuh pada tanggal 1 Maret 2025. Sehari sebelum menjalankan ibadah puasa tepatnya pada 28 Februari sebagian warga melakukan tradisi padusan di obyek wisata yang bertemakan air. Salah satunya di Pantai Baron, Tanjungsari, Gunungkidul.
Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Dinas Pariwisata Gunungkidul, Supriyanta tidak memungkiri apabila menjelang bulan puasa tingkat kunjungan wisatawan khususnya wisatawan lokal ke pantai, air terjun dan beberapa sumber air lainnya mengalami peningkatan dibandingkan dengan hari biasanya. Kendati demikian, pada momen menjelang bulan puasa ini tidak ada event khusus yang diselenggarakan Dinas Pariwisata
“Ya memang saat menjelang bulan puasa biasanya para warga melakukan tradisi padusan di pantai ataupun obwis yang bisa digunakan untuk mandi. Meski begitu kami tidak menyelenggarakan,” paparnya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan petugas, pada momen-momen seperti ini wisatawan yang masuk adalah wisatawan lokal dan sebagian wisatawan yang berasal dari daerah dekat-dekat Gunungkidul
Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan pengunjung, pihaknya mengeluarkan SE yang harus ditaati baik pengelola, pengunjung, pedagang serta penyedia jasa.
“Diharapkan untuk memastikan kebersihan di obyek wisata. Kemudian untuk rumah makan dan penyedia jasa agar memasang daftar harga, menciptakan sapta pesona pariwisata, dan untuk pengunjung kami harapkan agar mematuhi instruksi yang dikeluarkan oleh tim SAR maupun pengelola,” sambung Kepala Dinas Pariwisata Gunungkidul, Oneng Windu Wardana.
Sementara itu, Koordinator Satlimas Wilayah II Pantai Baron, Marjono mengatakan lonjakan pengunjung baik warga lokal Gunungkidul maupun dari luar daerah saat momentum padusan. Biasanya wisatawan akan masuk mulai siang hingga sore hari.
Sepanjang kawasan pantai selatan biasanya menjadi favorite para pengunjung, mulai pantai di sisi barat sampai dengan timur. Mengingat Gunungkidul memiliki garis pantai 72 km dengan kondisi dan keunikan yang berbeda-beda.
“Prediksi kami ada lonjakan wisatawan. Maka dari itu kami bersiap untuk pengamanan ada 65 personil SAR yang kami sebar ke seluruh pantai di wilayah operasi II . Namun yang perlu diingat adalah tetap patuhi imbauan petugas dan tetap berhati-hati” kata Marjono