Upaya Pihak Berwenang dalam Menanggulangi Wabah PMK pada Sapi di Gunungkidul

GUNUNGKIDUL,– Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang sapi di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, telah menimbulkan dampak yang signifikan bagi para peternak. Dalam beberapa bulan terakhir, lebih dari 400 ekor sapi terinfeksi PMK, menyebabkan kerugian besar bagi peternak. Tidak sedikit diantaranya bahkan harus kehilangan sapi-sapi mereka yang sangat berharga. Namun, pihak berwenang, melalui dinas terkait, telah melakukan berbagai langkah strategis untuk menangani wabah ini dan mencegah penyebaran lebih lanjut.

PMK mulai mencuat di Gunungkidul. Catatan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul (DPKH) menyebutkan bahwa lebih dari 400 ekor sapi dilaporkan positif terinfeksi. Penyebaran PMK pada hewan ternak ini sangat cepat, yang menyebabkan kecemasan besar di kalangan para peternak. Banyak dari mereka yang merasa putus asa, karena sapi-sapi mereka yang terinfeksi dan mati harus dimusnahkan dengan cara dikubur. Peternak yang sudah terjerat utang sebagai modal beli ternak merasa dirugikan, terutama karena harga jual sapi yang jatuh drastis.

Seorang peternak yang menjadi korban PMK menyampaikan, “Saya sangat terpukul, sapi yang saya beli dengan pinjaman bank seharga Rp17,5 juta kini mati, dan saya tidak tahu bagaimana cara membayar utang tersebut.” Pernyataan ini mencerminkan betapa beratnya beban yang dihadapi peternak yang kehilangan sapi-sapi mereka, terutama ketika mereka terbelit masalah keuangan akibat pinjaman yang belum terbayar.

Beberapa peternak, yang terpaksa mengandalkan pinjaman dari bank untuk membeli sapi, kini harus menghadapi kenyataan pahit bahwa sapi yang mereka beli seharga ratusan juta rupiah kini mati menjadi bangkai. Kejadian ini menunjukkan betapa tragisnya dampak PMK terhadap peternak lokal yang sangat bergantung pada ternak mereka sebagai sumber penghasilan utama.

Menanggapi penyebaran penyakit ini, DPKH Kabupaten Gunungkidul bersama dengan instansi terkait segera melakukan berbagai langkah penanganan yang cepat dan tepat. Salah satu langkah utama yang diambil adalah pemberian vaksinasi kepada sapi-sapi yang masih sehat. Program vaksinasi massal ini bertujuan untuk mencegah penyebaran PMK lebih luas lagi, dengan harapan dapat melindungi populasi ternak yang masih aman dari penyakit ini.

Kepala DPKH Kabupaten Gunungkidul, Wibawanti menyatakan, “Kami telah melakukan vaksinasi kepada lebih dari seratus ekor sapi yang masih sehat, dengan harapan dapat mencegah penyebaran PMK ke ternak lainnya.” Hal ini menunjukkan komitmen pihak berwenang dalam mengurangi angka penularan dengan upaya vaksinasi yang intensif.

Selain vaksinasi, pihak berwenang juga melakukan pemantauan ketat terhadap semua sapi yang terinfeksi. Sapi-sapi yang teridentifikasi terinfeksi segera dipisahkan dari yang sehat dan diberi perawatan intensif. DPKH juga bekerja sama dengan tenaga medis veteriner untuk memberikan pengobatan kepada sapi yang masih bisa diselamatkan, serta memastikan sapi yang telah mati dimusnahkan sesuai dengan prosedur agar tidak menularkan penyakit ke ternak lainnya.

Tidak hanya itu, pihak berwenang juga meningkatkan kesadaran peternak tentang pentingnya kebersihan kandang dan sanitasi. Langkah ini diambil untuk mencegah wabah PMK berkembang lebih luas, mengingat virus ini mudah menyebar melalui udara dan benda yang terkontaminasi.

Dalam beberapa kasus, sapi yang terkena PMK namun masih dalam kondisi yang cukup baik berhasil sembuh setelah menjalani perawatan intensif dan pengawasan yang ketat. Hal ini disampaikan oleh seorang peternak yang berhasil menyelamatkan sapinya, yang mengatakan, “Setelah mendapat perawatan intensif, sapi saya bisa sembuh dan sekarang kembali beraktivitas seperti biasa.”

Pihak berwenang di Gunungkidul berkomitmen untuk terus meningkatkan pengawasan dan mengedukasi masyarakat serta peternak tentang pentingnya langkah preventif. Selain itu, mereka juga berencana untuk menambah pasokan vaksinasi, mengingat tingginya kebutuhan untuk perlindungan terhadap sapi yang masih sehat.

Ke depannya, diharapkan kerjasama antara pemerintah dan peternak dapat lebih erat agar wabah PMK ini bisa segera terkendali. Sebab, tanpa langkah preventif dan penanganan yang efektif, wabah ini bisa terus mengancam keberlangsungan industri peternakan di wilayah tersebut.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *