GUNUNGKIDUL,— Tradisi Cing Cing Goling merupakan adat tradisi warga Padukuhan Gedangan, Desa Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo yang hingga saat ini terus lestari. Tradisi yang telah dilakukan sejak zaman nenek moyang ini masih terus diperingati secara antusias oleh masyarakat setempat. Warga percaya bahwa dengan terus memeringati tradisi ini, akan mendatangkan berkah bagi daerah.
Salah seorang tokoh masyarakat setrmpat, Sugiyanto mengatakan, dalam upacara adat atau tradisi Cing-cing goling ini sejumlah atraksi penuh makna terut meramaikannya. Tak ketinggalan, ratusan ayam ingkung dipersembahkan oleh warga sebagai wujud sodakoh warga Padukuhan Gedangan, Desa Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo.
“Tradisi ini digelar sebagai bentuk wujud syukur masyarakat atas hasil bumi selama beberapa bulan atau 1 tahun belakangan. Selain itu juga saling berbagi rezeki dan ajang mempersatukan masyarakat Gedangan dan sekitarnya karena semua tumpah ruah hadir dalam acara tradisi ini,” kata Sugiyanto.
Hajatan besar warga Gedangan ini dimulai dengan mengumpulkan ayam ingkung beserta ubo rampe lainnya dan kemudian dibacakan doa-doa oleh warga seperti genduri pada umumnya. Usai didoakan, ratusan ingkung itu lantas dibagi-bagikan kepada seluruh masyarakat yang hadir.
Momen ini yang memang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat setempat. Mereka percaya bahwa ingkung serta ubo rampe yang dibagikan tersebut bukan hanya sekedar lauk semata, namun juga gambaran berkah yang mereka terima.
Puluhan orang berpakaian adat tradisional mulai terjun ke ladang tempat digelarnya acara untuk menari. Para warga tersebut memerankan lakon prajurit dan ksatria yang menjadi cikal bakal Padukuhan Gedangan. Adegan tatrikal ini lalu disusul dengan pengarakan gadis yang memerankan seorang putri mengitari lahan yang telah dipersiapkan.
Lebih lanjut ia mengatakan, Cing-cing Goling merupakan tradisi dari nenek moyang dari prajurit Majapahit. Kala itu, para prajurit pelarian dari Majapahit berupaya membuat saluran sungai dan bendungan di wilayah Gedangan. Dari saluran sungai dan bendungan itulah kemudian masyarakat setempat bisa menjalankan aktifitas bertani mereka.
Ia menyebut, aliran sungai serta bendungan tersebut juga sebagai bentuk pertahanan prajurit dari serangan musuh. Selain itu, adanya bantuan ini tentunya juga menarik simpati dari warga setempat sehingga kemudian bersatu untuk mengusir lawan.
Terbukti setelah saluran sungai dan bendungan jadi pertanian warga sekitar jauh lebih berkembang, kehidupan juga berangsur membaik. Tak hanya itu berkat kegigihan dan bersatunya masyarakat, para penjahat yang seringkali merampok di wilayah tersebut berhasil diusir.
Dalam prosesi peringatan tradisi ini, lahan yang ada diinjak-injak oleh para lekaki yang memerankan sebagai prajurit dan ksatria itu. Tak ada satupun warga yang keberatan lahannya diinjak-injak dalam prosesi Cing cing Goling. Bahkan, para pemilik lahan justru berharap lahannya diinjak-injak karena memiliki kepercayaan jika nantinya lahan yang diinjak-injak justru akan bertambah subur.
“Tradisi ini masih sangat dipercaya oleh masyarakat dan akan tetap kami lestarikan,” pungkas dia