ngreneng

Sumber Air Untuk Pertanian di Gunungkidul Diperbanyak

Gunungkidul, — Musim kemarau seperti sekarang sangat berdampak bagi warga Gunungkidul. Berbagai wilayah utamanya lahan pertanian mengalami kekeringan. Dampaknya, tak sedikit lahan pertanian di Bumi Handayani tidak berproduksi.

Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Raharjo Yuwono mengatakan, saat ini ada sekitar 5 persen lahan pertanian yang ditanami padi terdampak kekeringan, sehingga dimungkinkan mengalami puso. Mengantisipasi kejadian semacam ini terus meluas dan terjadi di setiap tahun pemerintah merealisasikan sejumlah program.

Di daerah yang telah tersasar bantuan pengairan atau suur bor, pemerintah kembali mengucurkan bantuan misalnya saja pemberian rekomendasi BBM solar bersubsidi untuk operasional pompa air tanah dalam sehingga biaya lebih murah dan terjangkau petani.

“Pemerintah juga menyalurkan bantuan pompa air dari Kementan, sampai dengan Juli 2024 disalurkan 54 unit pompa air 3 inch, 4 inch serta 6 inch serta pembangunan irigasi perpompaan dan irigasi perpipaan 42 unit,” kata Raharjo Yuwono.

Selain bantuan pengoptimalan pengairan, Dinas Pertanian dan Pangan juga menghimbau para petani untuk lebih memilih tanaman yang tahan dengan minimnya air. Sehingga, risiko gagal panen berkurang dan lahan pertanian tetap berproduksi.

Dalam hal penanganan kekeringan lahan pertanian, para petani Gunungkidul juga mengandalkan sumber air yang ada di daerah mereka untuk pengairan lahan pertanian. Dicontohkan petani di Kalurahan Wediutah, Kalurahan Ngeposari, Kapanewon Semanu memanfaatkan air dari sungai Ngreneng untuk pertanian serta kebutuhan pertanian.

Lurah Ngaposari, Kapanewon Semanu, Sucipto mengungkapkan, seluruh warga di wilayahnya memanfaatkan Sungai Ngreneng untuk kebutuhan rumah tangga serta lahan pertanian. Namun saat ini masih banyak air yang belum bisa dimanfaatkan dan mengalir masuk ke perut bumi.

“Pertanian tanpa air itu tidak mungkin. Oleh karena itu, kami memanfaatkan sumber ini untuk ketahanan pangan, khususnya di Kalurahan Ngeposari,” jelas Sucipto.

Saat ini, juga direalisasikan pembangunan sarana-prasarana pengangkat air dari Kementerian Pertahanan di sumber air Ngreneng. Luas lahan pertanian yang akan mendapat manfaat sekitar 700 hingga 800 hektar. Sumber air dengan segenap peralatan yang dibangun akan menghasilkan 370 liter per detik.

“Namun yang diangkat baru sekitar 10%-nya, sisanya masih masuk ke perut bumi. Fokusnya adalah untuk kebutuhan air pertanian karena air bersih sudah tercover oleh PDAM,” jelas dia.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *