Gunungkidul,– Keberadaan Gapura Lar Badak di Kabupaten Gunungkidul sejak beberapa tahun ini tergeser dengan gapura yang lebih modern dan praktis. Sebagai bentuk upaya pemerintah menjaga eksistensi gapura yang memiliki banyak filosofi ini, sosialisasi terus digencarkan.
Kepala Kundha Kabudayan Gunungkidul, Chairul Agus Mantara mengatakan, eksistensi Gapura Lar Badak beberapa tahun terakhir terpinggirkan. Banyak masyarakat yang memilih untuk membuat gapura modern dengan bentuk gapura pecinan yang lebih simpel.
“Ada sedikit perubahan, memang menjadi pilihan masyarakat dalam membangun sebuah tugu, mereka lebih memilih yang simpel seperti yang disebut dengan gapura pecinan,” ucap Agus Mantara.
Untuk kembali membangkitkan eksistensi gapura yang memiliki banyak filosofi ini, Kundha Kabudayan Gunungkidul menggetolkan sosialisasi terhadap masyarakat mengenai gapura Lar Badak. Kemudian keberadaan gapura ini menjadi salah satu indikator penilaian sebuah kalurahan yang mengikuti perlombaan pemerintah.
“Salah satu upaya kami adalah dengan memasukkan kedalam indikator penilaian, dengan begitu perlahan masyarakat akan kembali mengenal dan berharap turut melestarikan gapura berfilosofi ini,” sambung dia.
Mengutip dari web Pemkab Gunungkidul, Gapura Lar Badak memiliki makna sendiri yaitu Lar diartikan swiwi atau sayap, ada di bagian kanan dan kiri jalan/ pintu masuk. Badak itu binatang kuat (dari Amerika) dengan usia lebih dari 40 tahun. Kemudian Bunga Melati yang melambangkan kesucian, bunga melati memiliki lima kelopak yang berkaitan dengan pendidikan.
Lima kelopak diartikan bahwa Yogyakarta sejak dahulu memang sudah direncanakan menjadi kota pelajar yang memiliki lima jenjang pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi.
Pada Gapura Lar Badak ‘sempurna’, pada tiang terdepan (lebih tinggi) atau belakang (lebih pendek) di bagian bawah melati sebenarnya terdapat tiga tingkatan persegi empat. Hal tersebut menunjukkan bahwa budaya berasal dari tiga hal yakni cipta, rasa dan karsa.
Sedangkan penghubung antara tiang yang tinggi dan yang lebih rendah pada sisi atas sayap terdapat variasi lengkungan. Dilihat dari tinggi tiang yang lebih rendah menuju yang lebih tinggi menggambarkan makna sebuah cita-cita.
Cita-cita yang disusun atau direncanakan harus naik ke tingkatan lebih baik atau tinggi menuju bunga melati yang melambangkan kesucian. Tiang atau pilar digambarkan pemimpin makanya lebih besar dan kuat, kokoh mampu mengayomi. Serta adanya lubang pada sayap berjumlah tujuh menunjukkan bahwa untuk menuju sesuatu yang baik itu perlu melalui sebuah perjalanan/ laku. Dimana laku tersebut harus penuh keterbukaan dan transparansi.