Mengenal Tradisi “Njaluk Udan” Yang Dilakukan Warga Giripurwo Saat Kemarau Panjang

GUNUNGKIDUL,- Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu daerah yang masih kental dengan adat istiadat, tradisi dan kearifan lokal. Salah satunya adalah tradisi “Njaluk Udan” (meminta hujan) yang dilakukan oleh warga Kalurahan Giripurwo, Kapanewon Purwosari.

Tradisi ini sudah ada sejak puluhan tahun dan masih dilakukan oleh warga setempat hingga sekarang.

Tradisi “njaluk udan” ini dilakukan manakala kemarau panjang hingga menyebabkan kekeringan di daerah tersebut. Sehingga untuk mencukupi kebutuhan air bersih warga harus mengandalkan air tangki dari pemerintah maupun membeli secara mandiri.

Upacara menggelar tradisi ini dilakukan di Pertapaan Andongsari pada Jumat Kliwon di bulan September atau Oktober.

Biasanya ibu-ibu setempat sejak pagi disibukkan dengan berbagai persiapan, pun demikian para laki-laki juga mempersiapkan segala keperluan untuk melaksanakan tradisi tersebut. Siang harinya, uba rampe berupa ingkung ayam, nasi uduk, dan lainnya dibawa oleh sesepuh menuju ke pertapaan Andongsari yang berada di atas bukit. Sebagian besar warga setempat juga mengikuti ritual di pertapaan.

Sesepuh di wilayah itu memimlin rutial. Dimulai dengan ajakan kepada para warga untuk memanjatkan doa. Disela-selanya terdapat beberapa kali teriakan “hujan” sebagai pertanda permintaan hujan kepada Allah SWT.

Setelah kenduri, warga kemudian menyantap ingkung termasuk meminum air kelapa yang telah tersedia. Pada proses ini, warga berebut segala jenis uba rampe, atau biasa disebut ngalap berkah. Setelah seluruh rangkaian terlaksana, tentunya warga punya harapan besar hujan akan segera turun di daerah Giripurwo.

“Upacara tradisi ini sudah ada sejak dulu. Kami anak cucu berusaha meneruskan dan melestarikan. Harapannya agar kemarau tidak terlalu lama, sehingga pemenuhan kebutuhan air dapat tercukupi dan aktivitas pertanian dapat segera dilakukan,” ucap Margono, salah seorang sesepuh di Kalurahan Giripurwo.

Kepala Kundho Kabudayan Gunungkidul, C. Agus Mantara mengatakan, tradisi njaluk udan sudah ada sejak jaman dahulu.

Tradisi ini terus dilestarikan oleh warga setempat. Agar keberadaannya terjaga dan terus dilestarikan, Kundha Kabudayan kemudian mengusulkan tradisi ini menjadi warisan tak benda secara nasional.

“Kami lakukan pengusulan agar dilakukan kajian oleh tim dari pemerintah pusat. Jika nantinya tradisi ini masuk menjadi warisan budaya tak benda maka salah satu tradisi asli Gunungkidul tetap lestari,” terang Agus Mantara.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *