pande besi

Melihat Sentra Kerajinan Pande Besi di Kalurahan Karangtengah

GUNUNGKIDUL,– Irama berdentang senantiasa terdengar dari belakang rumah warga Kalurahan Karangtengah, Kapanewon Wonosari. Ini bukanlah hal mistis, melainkan aktivitas pande besi yang dilakukan oleh sebagian besar warga di daerah tersebut. Ya, sejak puluhan tahun silam warga setempat menggeluti usaha pande besi, daerah ini pun dikenal sebagai sentranya.

Salah satu pengrajin pande besi di Padukuhan Kedung II, Kalurahan Karangtengah, Dwiyanto mengatakan, usaha pande besi sudah digeluti oleh keluarganya sejak puluhan tahun lalu. Saat ini ia meneruskan usaha ayahnya yang diturunkan oleh kakeknya. Hampir setiap hari ia bersama dengan saudaranya melakukan penempaan besi yang kemudian dibuat berbagai peralatan pertanian dan benda tajam.

“Sudah dari dulu usaha ini dijalankan. Keluarga kami sangat bergantung dari pande besi ini,” kata Dwiyanto belum lama ini.

Menurutnya, sudah sejak dulu usaha pande besi digeluti oleh warga Kalurahan Karangtengah. Beberapa warga memiliki rumah produksi sendiri dan sekitar 70 persen warga disana bekerja di rumah produksi pande besi ini.

Saat memasuki belakang rumah Dwi memang lumayan bising. Mesin yang ia miliki, menempa bakalan besi-besi yang sudah siap diubah bentuk menjadi peralatan benda tajam. Ada beragam produk hasil pande besi di rumahnya ini mulai dari kampak, bendo, sabit, parang, pisau cacah daging, dan peralatan pertanian yang sekiranya berbahan dari besi dan tajam. Setiap harinya, ia mampu menghasilkan 5 kodi hingga lebih benda tajam. 1 benda tajam biasanya membutuhkan waktu 30 menit dalam proses pembuatan hingga finishingnya

“Untuk produksinya hampir setiap hari. Biasanya saya menjual ke pengepul yang ada di sekitar sini, harganya sih beragam untuk perkodinya,” kata Dwi.

Untuk membuat benda tajam dan peralatan pertanian besi yang telah dipanaskan, biasanya harus ditempa secara manual oleh penempa. Namun seiring dengan berkembangnya peralatan yang modern, saat ini sudah ada alat tersendiri sehingga pekerja tidak perlu melakukan penempaan secara manual. Dengan bantuan mesin ini pun proses produksi semakin cepat, dan produk yang dihasilkan semakin banyak.

“Dalam sebulan biasanya terkumpul Rp 2,5 juta, kalau menjelang Idul Adha itu kan ramai ya jadi bisa lebih pendapatannya,” imbuh dia.

“Biasanya dijual ke daerah Jawa Tengah dan sekitarnya. Kalau seperti saya ini terima pesanan saja dari pengepul itu nanti dia yang mengirimkan sesuai dengan permintaan konsumennya,” tambah Dwi.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *