Di balik pelaksanaan tugas Babad Alas Nongko Doyong yang menjadi cikal bakal Ibukota Kabupaten Gunungkidul, terjadi kisah cinta, heroisme dan mistik. Alkisah, Panji Hardjodipuro mempunyai seorang putri bernama Roro Sudarmi. Selaku pelaksana pemerintahan, Panji Harjodipuro memanggil Demang Wonopawiro di Piyaman menghadap. Demang Wonopawiro adalah seorang keturunan Majapahit yang sakti, patuh, dan bakti pada atasan.
Harjodipuro menugaskan Demang Wonopawiro untuk menjadi pelaksana proyek membuka Alas Nongko Doyong, Demang Wonopawiro melihat Roro Sudarmi dan jatuh hati. Mbok Nitisari adalah seorang dukun, orang pintar, yang sakti. Demang Wonopawiro pulang ke Piyaman meminta pertimbangan Mbok Nitisari tentang tugas yang diperintahkan oleh Panji Harjodipuro untuk membuka Hutan Nongko Doyong yang terkenal gawat keliwat-liwat angker kepati-pati. Mbok Nitisari setuju dan bersedia membantu tugas berat itu.
Pembukaan hutan dilakukan. Demang Wonopawiro mengerahkan rakyat Piyaman untuk membantu membuka hutan. Nyi Gadung Mlati membantu secara spiritual. Melihat keberhasilan Demang Wonopawiro ini, Ronggo Puspowilogo, seorang demang dari Seneng, daerah Siraman, menjadi iri karena día berharap pada mulanya dialah yang diberi tugas oleh Panji Harjodipuro untuk membuka hutan. lbu kota mulai dibangun. Pasar didirikan di daerah Seneng.
Roro Sudarmi pergi ke Pasar Seneng ditemani oleh pembantunya. Roro Sudarmi pergi tanpa ijin. Raden Puspoyudo, putra Ronggo Puspowilogo, menggodanya. Roro Sudarmi menolak. Puspoyudo jatuh hati kepada Roro Sudarmi. Roro Sudarmi melarikan diri ke Piyaman. Puspoyudo meminta ayahnya, Ronggo Puspowilogo untuk melamarkan Roro Sudarmi. Roro Sudarmi datang ke tempat Mbok Nitisari yang kebetulan masih saudara ayahnya. Roro Sudarmi menceritakan peristiwa yang terjadi di Pasar Seneng. Roro Sudarmi beserta pembantunya diantar pulang oleh Demang Wonopawiro dan Mbok Nitisari ke Semanu.
Panji Harjodipuro menerima tamu Ronggo Puspowilogo yang melamarkan Roro Sudarmi untuk anaknya. Lamaran Ronggo Puspowilogo belum dijawab dengan alasan banyak yang melamar Roro Sudarmi. Banyak pria yang berkenan ingin melamar Roro Sudarmi. Alkisah, pada waktu itu Demang Wonopawiro dan Mbok Nitisari datang mengantarkan Roro Sudarmi yang sekaligus bermaksud pula untuk melamar Roro Sudarmi. Untuk menyelesaikan masalah ini, Panji Harjodipuro mengadakan sayeimbara memanah babal (buah nangka yang masih muda) untuk mencarikan jodoh bagi Roro Sudarmí. Tak luput, Demang Wonopawiro dan Ronggo Puspoyudo mengikuti sayembara itu.
Demang Wonopawiro memenangkan sayembara. Demang Wonopawiro memperistri Roro Sudarmi. Ronggo Puspowilogo marah dan meminta bantuan seorang panji dari Bantul untuk membunuh Demang Wonopawiro. Pertempuran terjadi di dekat Alas Nongko Doyong yang telah dibuka. Puspowilogo dan panji dari Bantul duel melawan Demang Wonopawiro. Untuk itu, Demang Wonopawiro diberi bekal tombak Kyai Muntab oleh Mbok Nitisari. Ronggo Puspowilogo dan seorang panji dari Bantul tewas ditombak Demang Wonopawiro. Demang Wonopawiro diberi hadiah oleh sultan dan dijadikan penasehat para demang. Panji Harjodipuro yang masih keturunan dari Prabu Brawijaya V, kemudian dínaikkan pangkatnya dari panji menjadi rangga, semacam asisten pemerintahan. Kisah Babad Alas Nongko Doyong ini sering dipentaskan dalam kethoprak.