Ritual tradisi dilakukan oleh sebagian warga Kabupaten Gunungkidul setiap tahun pada bulan Oktober atau dalam hitungan Jawa adalah mangsa kaping papat.
Pada masa itu saatnya para petani menebar benih padi. Oleh trah keturunan Kyai Panjala di Padukuhan Mendak, Kalurahan Giri Sekar, Kapanewon Panggang semakin hal itu kian populer dan diikuti oleh puluhan ribu orang.
Pembukaan kain penutup atau singkep dari Cupu Kyai Panjala menyedot kehadiran ribuan orang mengikuti langsung di lokasi dan puluhan ribu orang mengikuti melalui media sosial.
Trend ketertarikan orang terhadap prosesi bukaan Cupu Kyai Panjala yang meningkat dari tahun ke tahun ini mestinya bisa ditangkap oleh pemerintah setempat sebagai potensi wisata budaya yang mampu menggerakkan roda ekonomi dan membangun brand daerah.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul, Arif Aldian saat dihubungi sorot.co pada Selasa, 11 Oktober 2022 mengatakan, peningkatan pengunjung pada pembukaan Cupu Panjala diikuti meningkatnya penonton yang mengikuti siaran langsung melalui media sosial adalah peluang dalam membangun lokasi wisata budaya.
Ada potensi menjadi daerah wisata budaya. Hal itu dibutuhkan kolaborasi baik dengan pemilik lokasi, penduduk sekitar, kalurahan, dan Dinas Kebudayaan selaku pembina urusan kebudayaan. Tahap awal untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan pelestarian budaya sebagai identitas masyarakat setempat,”ungkap dia.
Persiapan awal yang bisa dilakukan untuk mewujudkan Wisata Budaya, menurut Arif adalah dengan desain rumah adat sebagai identitas lokasi dan tentu kesiapan hospitality serta manajemen destinasi.
Lokasi Pembukaan Cupu Panjala sebagai destinasi wisata minat khusus punya peluang besar tentu dengan persiapan yang matang dan berkesinambungan.
Terpisah, Lurah Girisekar, Sutarpan mengatakan bahwa adat tradisi ini telah diyakini oleh sebagian masyarakat harus selalu dilaksanakan sebab berkaitan dengan musim bercocok tanam.
Biasanya dibuka ini pada saat para petani mau menabur benih, maka sekitar bulan Oktober seperti ini. Makanya petani sini kalau belum bukaan cupu belum lega. Jadi memang harus dilaksanakan apapun kondisinya,” jelas Sutarpan.
Menurut cerita, Cupu Kyai Panjala ini ditemukan Eyang Seyek saat menjala atau menjaring di laut. Eyang seyek yang tak memiliki istri dan anak pun hanya bisa menurunkan adat tradisi ini kepada para saudaranya yang berjumlah 10 orang terdiri dari 5 orang saudara laki-laki dan 5 orang saudara perempuan.
Sang juru kunci saat ini yakni Dwijo Sumarto menjadi bagian dari ahli waris Cupu Kyai Panjala. Sebab kakek buyutnya merupakan salah satu saudara kandung dari Eyang Seyek.
Adapun jumlah Cupu Kyai Panjala ada 3 buah, masing-masing bermakna sebagai gambaran bagi beberapa golongan masyarakat. Ketiganya yaitu Semar Tinandu menggambarkan penguasa dan pejabat tinggi, Palang Kinantang yang menggambarkan keadaan masyarakat kalangan tengah dan yang terakhir ada Kenthiwiri yang menggambarkan keadaan para rakyat kecil.
Adapun pembukaan cupu yang dibungkus oleh kain itu nantinya akan mengeluarkan beberapa gambar yang dipercaya menggambarkan keadaan (pertanda) keadaan setahun yang akan datang. Pada tahun 2022 ini muncul sebanyak 42 gambar yang keluar dari hasil pembukaan Cupu Kyai Panjala.