Makamnya terletak sekitar 2 kilometer arah tenggara Makam Ki Ageng Giring III. Beliau jaga sering disebut sebagai Ki Ageng Giring II, karena merupakan ayahanda dari Ki Ageng Giring IlI. Warga Sodo setempat lebih lazim menyebutnya sebagai Ki Ageng Sukadana.
Makam ini juga selalu ramaí dikunjungi para peziarah karena dianggap lebih sepuh dibanding Makam Ki Ageng Giring III. Di tempat ini peziarah diperbolehkan masuk cungkup dan berdoa di sisi batu nisan. Selain itu, terdapat peninggalan lain berupa Sendang Pitutur, sekitar 3 kilometer arah utara dari makam Ki Ageng Giring II. Di sekitar sendang ini merupakan tempat tinggal atau rumah Ki Ageng Giring Il ketika ia masih hidup.
Ajaran Ki Ageng Giring kepada para keluarga dan rakyatnya yang masih dikenang hingga saat ini adalah jangan takut menjadi rakyat biasa, meskipun dia seorang ningrat. Bahkan beliau berpesan khusus kepada ahli keluarganya agar tidak menikah dengan bangsawan melainkan dengan rakyat biasa yang berasal dari gunung-gunung dan pe Kalurahanan.
Mereka justru bersih dari intrik-intrik kekuasaan dan murni menikah untuk membangun keluarga, bukan untuk kepentingan kekuasaan atau apapun sehingga mudah bercerai dan tidak membawah keberkahan kepada anak cucu.
Ki Ageng juga mengajarkan agar memeluk agama dengan jiwa yang teguh, tidak terpontang-panting oleh perkembangan zaman. Para nabi dan wali sudah membawa ajaran ini dengan sempurna, tinggal ummat menjalankan sebagai pandam-pandoming kawula dasih, petunjuk kehidupan dunia dan alam akherat yang abadi.
Ki Ageng memberi contoh kesabaran, ketekunan dan keprihatinan dan tidak boleh menentang atau melawan takdir. Takdir adalah kehendak Allah SWT yang tidak bisa dilawan, betapapun manusia ingin melakukannya. Nafsu manusialah yang harus dikendalikan. Caranya adalah mengurangi makan dan menyedikitkan tidur, memperbanyak ingat kepada ilahi dan tawakal tanpa henti.