Upacara Tradisi Robyongan dilaksanakan di Kelurahan Bleberan, Playen, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Upacara Robyongan dikenal sejak keberadaan pengembaraan Kyi Kromowongso bersama laskar Mataram dani wilayah timur (Madiun). Tokoh tersebut diyakini merupakan cikal bakal masyarakat Pedukuhan Bleberan.
Tokoh ini dikenal sebagai sosok yang suka bertirakat, semedi atau berdoa. Terlebih saat hendak menyelesaikan pekerjaan.
Dalam pengembaraan ke tempat yang ini menjadi Kalurahan Bleberan, Kyai Kromowongso melakukan tirakat. Tirakat menjadi bagian atas upayanya untuk melindungi masyarakat. Dalam tirakat ia memperoleh petunjuk.
Adapun petunjuk tersebut berupa syarat agar masyarakat dan pejuang selamat usai masuk ke Bleberan. Pejuang tidak akan nampak atau terlihat oleh penjajah manakala menyediakan atau menggelar sedekah atau kenduri Tumpeng Robyong.
Jika sedekah Tumpeng Robyong digelar wilayah tersebut akan nampak seperti hutan belantara tak berpenghuni. Dari situlah lahirnya tradisi Tumpeng Robyong yang dilestarikan hingga saat ini.
Uniknya, semua peserta kenduri merupakan perempuan dan anak-anak. Konon waktu itu peserta laki-laki hanya Kyai Kromowongso.
Dia juga berperan sebagai modin yang mengikrarkan Tumpeng Robyong tersebut beserta menuturkan maksud dan tujuan kenduri.
Namun saat ini yang biasa hadir dari kaum pria adalah dukuh, kepala desa beserta ibu dan tetua dusun dan modin. Di samping warga masyarakat per KK khususnya perempuan untuk