Tari Janggrung memang tidak setenar Ledhek ataupun Tayub meskipun mempunyai kemiripan. Pasalnya tarian ini bersifat statis dan pementasannya hanya untuk acara ritual desa saja. Berbeda dengan seni Tayub yang bisa pentas untuk berbagai event. Bahkan bisa menggelarnya jika ada masyarakat yang berniat menanggapnya.
Tari Janggrung di Semanu hanya boleh pentas di bawah resan yang melindungi aliran sungai serta sumber air saat ritual bersih kali atau sendang.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, tarian ini mereka percaya sebagai perantara penyembuhan berbagai penyakit. Oleh penarinya, orang yang sakit akan mereka mintakan kepada yang mbau rekso tempat tersebut untuk mendapat kesembuhan. Orang yang sakit pun akan diajak penari untuk menari dengan iringan musik gamelan dan mukanya akan diusap menggunakan selendang penari.
Kepercayaan tersebut mempunyai nilai spiritualitas yang tinggi, entah dari mana sumber kepercayaan tersebut. Namun akan lebih baik jika berikhtiar kepada Tuhan untuk mendapat kesembuhan dengan beribu jalan. Selain tari Janggrung di Semanu ini, seorang juru kunci akan membakar kemenyan sembari membaca mantra.