Makna Semboyan Gunungkidul: Dhaksinarga Bhumikarta

Semboyan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, berasal dari bahasa Sansekerta. Daksina artinya selatan, arga berarti gunung, bumi berarti bumi atau tanah daratan dan karta artinya makmur sejahtera. Maka daksinarga bumikarta dapat diartikan sebagai wilayah di pegunungan selatan yang makmur sejahtera.
Daksina berkaitan dengan kata pradaksina, yakni ritual mengelilingi suatu obyek yang dipandang suci, seperti Candi Borobudur, makam suci, bahkan Ka’bah Baitullah. Dalam tradisi purbawi di Mekkah, orang mulai berpradaksina dari timur ke arah selatan (daksina) dan obyek berada di sebelah kanan badan, lalu bergerak melingkar ke arah selatan dan seterusnya searah perputaran matahari dan jarum jam. Sambil berjalan keliling, orang Mekkah jahiliyah meneriakkan hajat-hajat mereka.
Ketika Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan agama tauhid, kebiasaan ini tidak serta merta dimusnahkan, melainkan diganti dengan ucapan Doa Talbiyah. Doa Talbiyah didaras berulang-ulang baik dalam hati maupun secara lesan. Nabi Muhammad SAW meluruskan niat, ketauhidan dan tata cara dalam menyelenggarakan yang disebut haji dan umroh.
Haji bahkan menjadi rukun Islam yang kelima. Dalam Agama Kristiani pun dikenal istilah Hagg, yang artinya berziarah ke tempat suci Roma.
Dalam agama Hindu, ketika seseorang melakukan pradaksina mengelilingi Candi Borobudur, dianjurkan untuk melafalkan japa mantra dengan penuh tulus bakti. Di sini ummat Hindu bukan berdoa menghormati benda tersebut melainkan menghormati sifat luhur yang digambarkan dari benda tersebut.
Pradaksina yang dilakukan dengan tulus dan penuh kesadaran batin secara berulang dalam kurun waktu tertentu, berdasar ajaran leluhur sejak ribuan tahun yang lalu akan membawa manfaat. Menurut ajaran Hindu, orang yang melalukan pradaksina akan memiliki manfaat dan kelebihan sebagai berikut: akan dihormati oleh para makhluk-makhluk di alam gaib: terhindar dari keadaan yang tidak menguntungkan, mempunyai batin waskita, penuh kewaspadaan, daya pemahaman yang jelas, cerdas, penuh kekuatan dan keteguhan iman: raut muka akan bersinar/berseri-seri: dihormati di mana-mana: sehat dan memperoleh usia panjang, lancar rejeki dan menjadi dermawan, tidak akan diganggu oleh makhluk-makhluk jahat: mempunyai suara yang merdu dan menyenangkan.
Gunungkidul yang tampaknya tandus, pada masa dulunya memiliki banyak candi, karena orang Jawa menghargai tempat yang tinggi sebagai tempat suci, baik secara lahir maupun batin. Kesadaran bahwa bumi, air, tanah, lautan dan sebagainya memiliki energi kosmos mendorong manusia untuk berperilaku ramah lingkungan, menjaga kelestarian, meninggalkan gaya hidup boros, tidak merusak alam kecuali menggantinya dengan yang lebih baik, suka membudidayakan tumbuhan dan binatang dan bukan memperdayakan, tidak menguras kekayaan alam secara berlebihan dan sebagainya. Inilah pedalaman jiwa yang tersirat dari semboyan daksinarga bumikarta yang tentunya kita inginkan bersama.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *