Tenggok adalah salah satu alat angkut tradisional legendaris yang multi guna. Biasanya tenggok digunakan untuk membawa barang dengan cara digendhong (kalau perempuan) atau ‘disunggi’ (dibawa di atas kepala) jika yang membawa laki-laki. Seiring perkembangan zaman, fungsi ‘tenggok’ sebagai wadah mulai tergusur dengan wadah berbahan plastik. Meski begitu, ada beberapa pengrajin tenggok yang masih bertahan di Gunungkidul. Sejatinya, tenggok adalah hasil kerajinan yang ramah lingkungan, karena bahan baku pembuatannya semuanya berasal dari bambu.
Tenggok memang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Gunungkidul. Tenggok sangat mudah dijumpai di pasar tradisional, dijajakan oleh pedagang perabotan atau tak jarang pula digendong simbah-simbah yang sedang berbelanja. Kegunaan wadah satu ini sangat beragam, bisa digunakan sebagai wadah hasil panen kebun, wadah/tempat ‘ingkung‘ (untuk proses upacara adat), wadah ‘gawan‘ (barang) saat ‘jagong‘ di tempat hajatan, dan masih banyak lagi.
Tenggok memang bukanlah barang yang sulit ditemui, namun proses pembuatannya tentu tak semua orang tau apalagi bisa membuat.