Menurut tradisi pada masa kerajaan zaman dahulu, ada kebiasaan memilih panglima perang dengan cara diadu. Bagi yang menang, maka berhak untuk menjadi pemimpin. Oleh karena itu, hasil peniruannya dalam tari Reog Prajuritan ini. Ada adegan perang yang menggambarkan sebuah proses pemilihan panglima perang, seperti halnya yang terjadi zaman dulu.
Nama Kaprajuritan menjadi istilah Reog yang asalnya dari tema sajian fokus dengan masalah persiapan prajurit sebelum ke medan perang. Umumnya Tari Reog Kaprajuritan di Gunungkidul memiliki ciri khas 9 motif gerak. Cirinya seperti lampah macak, tanjak piyak, iris tempe, sembahan, pong, jogetan angkatan sikil, oyok-oyokan, sirigan, dan nitih.
Semua motif geraknya yang sederhana dan mudah ditarikan oleh siapa saja. Namun cukup unik dan menjadi ciri khas yang umum dari tari Reog Kaprajuritan. Kesembilan motif geraknya juga masih menjadi ciri khas gerak pada kelompok Reog Mega Budaya Ngringin, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul.
Tarian Reog Kaprajuritan Gunungkidul ini jelas masih memiliki banyak penggemarnya, baik di berbagai pelosok perdesaan Gunungkidul. Reog Kaprajuritan yang masih setia menjadi sarana prosesi penjemput gunungan dari Balai Dusun ke Balai Desa. Biasanya saat Merti Desa, melunaskan nazar warga yang menanggap, menjadi hiburan dan yang lainnya.