Tradisi Boyong Brayat Bagi Masyarakat Paliyan

Boyong Brayat merupakan tradisi sebagian masyarakat di Kapanewon  Paliyan, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, saat pindah rumah. Boyong Brayat disebut juga pindah jogan atau pindah rumah. Prosesinya diawali dengan pemberangkatan dari rumah lama dengan doa bersama dipimpin oleh Mbah Kaum.
Sesampainya di rumah baru, rombongan disambut Ketua RT setempat yang menanyakan maksud dan tujuan, sebagai proses wajib boyong brayat. Usai dipersilakan masuk, rombongan laki-laki duduk bersila di ruang tamu, sedangkan wanita masuk ke ruangan lain. Tak lama kemudian, seorang sesepuh Pedukuhan memimpin doa seusai memasukkan kembang setaman ke baskom.
Sementara itu, para wanita duduk setengah melingkar di sekitar sesepuh itu. Prosesi ini diikuti semua warga yang hadir. Mereka semua mengamini setiap doa yang dipanjatkan. Setelah usai, kenduri pun dibagi.
Dalam prosesi boyong brayat empat unsur manusia pun harus terwakili. Nafsu manusia digambarkan dengan api yang selalu mengarah ke atas dan disimbolkan dengan lampu minyak. Air pun wajib dibawa untuk mewakili simbol air mani dari laki-laki dan perempuan. Unsur ketiga yakni tanah yang mewakili kakang kawah adi ari-ari (air ketuban dan plasenta ketika bayi), agar kakang dan adi tersebut selalu mengikuti si empunya dan menjaganya. Unsur keempat, yakni angin dilengkapi dengan pembacaan jopo oleh sesepuh untuk memasrahkan di tempat baru sehingga semakin makmur.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *