Sejarah Kesenian Jelantur

Mulanya, penggunaan kesenian Jelantur yaitu sebagai media untuk pemuka agama guna mengumpulkan masyarakat saat akan melakukan syiar agama Islam. Pada zaman dahulu, pemuka agama sangat sulit untuk berdakwah, sebab susah mengumpulkan masyarakat. Sehingga para pemuka agama menyuarakan (membunyikan) alat musik tradisional yang disertai tari-tarian dalam rangka menarik perhatian masyarakat. Dalam perkembangannya, pengemasan seni Jelantur mampu jadi pertunjukkan seni tradisi yang menarik.
Kesenian Jelantur di Kabupaten Gunungkidul biasanya dimainkan oleh 18 warga Padukuhan Nganjir, Kalurahan Karangsari, Semin. Sepuluh panari seni Jelantur ini, punya gerakan tari berbeda-beda sesuai atribut yang mereka gunakan. Terdapat penari yang mengenakan jaran kepang, memegang pedang kayu tunggal, dan juga kembar serta rontek (tombak).
Kesenian Jelantur berasal dari kata “jelajah lan tutur”. Para penari seni Jelantur menarikan beberapa bagian tarian, seperti gerakan membuat barisan membuka dan menutup, melebar atau merapat. Mereka memakai seragam tari berupa kain celana panjang dibawah lutut, kain jarik batik bermotif, dan selendang berwarna kuning.
Tiap akan ganti gerakan tari berbaris atau memulai serta berganti pasangan untuk berperang, kapten penari Kesenian Jelantur Gunungkidul akan membunyikan peluit. Untuk pentas gerakan tari Jelantur ini selama kurang lebih 30-45 menit.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *