Museum Kayu Wanagama adalah museum khusus yang berhasil didirikan atas gagasan pemikiran yang disampaikan oleh dua orang dosen UGM, yaitu Oemi Hani’in Soeseno dan Etty
Suliantoro Sulaiman yang kemudian bekerja sama dengan Perum Perhutani.
Gagasanpembangunan museum ini muncul setelah mereka menghadiri kegiatan pameran pada Museum Antropologis di Perancis dan pendirian Jati Centre di Cepu. Pembangunan ini dimulai pada tahun 1995 di kawasan hutan pendidikan Wanagama.
Untuk bahan baku bangunan museum berasal dari dua buah rumah kayu buatan tahun 1880 yang disumbangkan oleh Perum Perhutani. Bahan ini lah yang diubah menjadi satu bangunan berbentuk rumah panggung.
Museum Kayu Wanagama memiliki koleksi yang beragam, koleksinya meliputi berbagai macam perlengkapan rumah, seperti meja dan kursi yang terbuat dari beragam jenis kayu. Di museum ini juga ditemukan barang-barang peninggalan sejarah dari berbagai daerah dan barang-barang
pribadi yang pernah menjadi miliki tokoh-tokoh penting di Indonesia.
Koleksi tersebut seperti meja lurah dari Jepara, Arca Gupolo dari kayu sengon, meja dan kursi mantan Menteri Kehutanan Republik Indonesia yaitu Soedjarwo, fosil kayu jati yang berusia ratusan tahun, Gepyok Kayu Jati dengan ukiran Jepara, dan berbagai jenis kerajinan tangan yang berbahan kayu lainnya dengan usia yang telah mencapai ratusan tahun.
Fasilitas yang berada di museum ini juga cukup lengkap, seperti warung makan khas Wanagama,
Pasar Seni, Agroforestry, berbagai macam jenis pertamanan percobaan (Jati Monfori, Nangka,
Perupuk, Acacia, dan lain-lain), ada juga camping ground untuk kamu yang suka bermalam di
hutan, tempat outbound, jungle jeep dan masih banyak lagi fasilitas dan area-area sekitar Hutan
Wanagama yang bisa kamu kunjungi.
#ayokegunungkidul