Di Padukuhan Sriten, Kalurahan Pilangrejo, Kapanewon Nglipar, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat petilasan Syekh Wali Jati. Konon awal mula adanya petilasan tersebut disertai dengan kejadian-kejadian yang berbau mistis.
Sebelum ada petilasan, 1 hari sebelumnya ada warga yang kebetulan sedang cari rumput di lokasi petilasan itu. Kemudian malam harinya di Padukuhan Sriten ini hujan deras disertai angin kencang yang tidak sewajarnya. Kemudian pagi harinya pas waktu ada orang cari rumput di tempat yang sama tadi tiba-tiba sudah ada 3 batu nisan.
Oleh karena itu, warga tidak ada mengetahui kapan dan siapa yang melakukan pemasangan batu nisan tersebut. Kemudian sejumlah warga memutuskan untuk mengecek batu nisan yang ada dipuncak Embung Batara Sriten dan menjumpai adanya tulisan aksara Jawa yang tertulis diatas batu nisan tersebut.
Terlepas dari cerita mistisnya, Petilasan Syekh Wali Jati ini hingga kini sering dikunjungi. Ada yang sengaja datang untuk berziarah ada pula yang datang berswista lalu mampir berziarah. karena lokasinya memang di kompleks wista embung batara sriten.
385 Sejarah Berdirinya Monumen Stasiun Radio PHB AURI PC-2 Playen
Sekitar tahun 1946 hingga 1949 ibu kota RI berada di Yogyakarta. Monumen Stasiun Radio PHB AURI PC-2 sangat bersejarah bagi peristiwa kemerdekaan RI.
Melalui siaran radio AURI itu, catatan-catatan berita tentang serangan 1 Maret 1949 dapat tersebar hingga penjuru Negeri, bahkan hingga ke perwakilan RI di New Dehli, India lalu di teruskan kepada PBB, New York, Amerika Serikat. Hasilnya, kota Yogyakarta kembali diserahkan oleh Belanda kepada pemerintah RI.
Stasiun radio AURI PC-2 merupakan satu dari 39 stasiun radio yang tersebar di seluruh Indonesia kala itu. Stasiun radio AURI PC-2 dibangun oleh Marsekal Madya TNI Boedihardjo pada tahun 1948, di salah satu rumah milik seorang petani yaitu Pawirosetomo di Padukuhan Banaran, Kalurahan Banaran, Kapanewon Playen, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pada waktu itu, pendirian stasiun radio harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi, agar tidak terlacak oleh tentara Belanda. Keluarga Pawirosetomo ikut membantu pejuang RI dalam mengamankan peralatan radio agar tidak diketahui pihak Belanda.
Rumah milik Pawirosetomo yang berada di tengah-tengah hutan dan tertutup semak belukar, tidak berhasil ditemukan oleh puluhan tentara Belanda yang terus berpatroli di daerah tersebut.