Ngelmu Titen Ala Masyarakat Gunungkidul

Istilah ngelmu titen sangat dekat dengan manusia dan budaya di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jika ilmu ini dimengerti dengan benar dan díterapkan secara empirik, sebetulnya ilmu titen sangatlah ilmiah.
Sayangnya, ilmu ini seríng dikonotasikan miring karena mereka yang menerapkannya tidak selalu mampu menjelaskan dengan bahasa dan metode yang ilmiah dan empirik. Juga seringkali karena ngelmu titen ini terlalu panjang untuk diceritakan terutama untuk mereka yang tidak mengerti falsafah Jawa.
Niteni dalam bahasa Jawa berarti mengamati dan menghafalkan, jadi ngelmu titen adalah belajar mengamati dan menghafal kemudian diteliti dan dianalisa. Dalam metode penelitian, observasi atau pengamatan adalah mutlak. Tanpa observasi dan pengamatan maka opini kita hanya menjadi sekadar berandai-andai, hasil khayalan belaka.
Saat kita melakukan pengamatan, semua panca indera kita bersatu dengan hukum alam dan dengan niteni kita mempelajari mekanisme di sekeliling kita. Jadi, ngelmu titen tidak lain adalah belajar untuk mengamati dan menganalisa.
Ngelmu titen penting bagi para petani untuk menentukan masa musim tanam, juga bagi para nelayan yang sering mencari ikan di laut mencari ikan agar tahu arah pulang, karena pada zaman dahulu belum ada kompas.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *