Komandan Era Pendudukan Jepang di Gunungkidul part 2

Fuku Tyookan juga memaksa setiap lurah untuk mengumpulkan sejumlah padi dan dua ekor lembu setiap bulan. Hal ini menyebabkan para lurah membebankannya kepada warga. Jepang juga mewajibkan rakyat menanam kapas untuk bahan pakaian dan tanaman jarak untuk minyak pelumas mesin-mesin militernya.
Untuk pemantauan dibuatlah mandor kapas dan mandor jarak yang berkewajiban memberikan setoran (les-iles). Fuku Tyookan Fuku Tyookan juga menggerakkan pemuda rakyat untuk terlibat dalam Seinendan, yakni cadangan pasukan tempur untuk perang. Mereka dididik dengan keras menjadi pasukan tempur, berlatih menggunakan senjata dan maju ke medan pertempuran.
Fuku juga membentuk Keibodan, yakni polisi rakyat yang terdiri dari para pemuda yang bertugas menjaga ketertiban dan keamanan. Pada praktiknya, Keibodan diadu dengan rakyat Gunungkidul sendiri dan yang memetik keuntungan tentu saja adalah Jepang. Fuku Tyookan juga membentuk tentara PETA di Gunungkidul, dengan nama Dai Yon Daidan dengan komandannya adalah Faridan M Noto.
PETA Gunungkidul membuat markas dan asrama di sebelah utara bangsal Sewokoprojo, yang sekarang digunakan sebagai Markas Kodim 0730 Gunungkidul. Selain itu ada satu pleton PETA yang ditempatkan di Rongkop untuk menjaga Pantai Ngongap dan Sadeng, tempat pendaratan pasukan laut Jepang.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *