Nglanggeran, Surga Kakao Di Gunungkidul

Nglanggeran merupakan salah satu tempat yang mana dahulunya merupakan gunung berapi purba, di tempat ini terdapat berbagai inovasi antara lain berupa embung sebagai sumber air utama dalam irigasi.
Embung di Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan danau buatan yang menggunakan teknologi pengumpulan air yang berasal dari air hujan dan mata air di sekitar pegunungan yang sangat bermanfaat dalam musim kering untuk mengairi tanaman di sekitarnya dengan luasan kurang lebih 20 hektare (Ha).
Selain itu, di tempat ini dilakukan pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT) yang mengolah kakao menjadi produk olahan siap saji sebagai salah satu komoditas unggulan Kabupaten Gunungkidul.
Sistem budidaya Kakao di Nglanggeran terintegrasi dengan ternak kambing dilakukan secara organic. Sehingga dihasilkan berbagai produk olahan antara lain cokelat, permen, dan susu guna meningkatkan nilai tambah hasil pertanian lokal. Selain itu sistem pertanian yang berjalan tidak menimbulkan limbah yang terbuang (zero waste). Karena semua dapat termanfaatkan optimal.
267 Patuk, wilayah Penghasil Kakao di Gunungkidul
Komoditas kakao merupakan komoditas prospektif bernilai ekonomis tinggi dengan permintaan pasar yang semakin meningkat. Produksi biji kakao Indonesia secara signifikan terus meningkat, namun mutu yang dihasilkan masih rendah dan beragam. Mutu produk akhir kakao, seperti aspek fisik, cita rasa, kebersihan serta aspek keseragaman sangat ditentukan oleh perlakuan pada setiap tahap proses produksinya.
Kakao, merupakan salah satu jenis perkebunan yang masih subur dan di budi daya di warga Desa Nglegi. Omset setiap bulan masih lumayan tinggi. Perkebunan kakao Desa Nglegi menjadi salah satu pilihan dari beberapa kecamatan di kabupaten Gunungkidul sebagai media penelitian, studi banding dan ajang pelatihan berbagai event baik lokal maupun nasional.
Salah satu kelompok pertanian, Ngudi Muyo padukuhan Nglegi, merupakan kelompok pertanian yang konsentrasi dalam program pengolahan dan pelatihan tanaman kakao. Iklim dan jenis tanah wilayah Desa Nglegi sangat cocok untuk jenis tanaman kakao, terbukti sekitar 4 tahun tanam, rata – rata sudah mulai panen. Harga kakao kering dari petani stabil di angka 15 ribu rupiah, tentu harga yang menjanjikan apabila setiap petani memiliki jumlah batang yang banyak.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *