Ungkrung (ulat jati) menjadi lambang kearifan masyarakat Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya. Kuliner musiman ini pun mulai dicari oleh para wisatawan karena rasanya yang lezat dan bentuknya yang “unik”.
Ulat jati memang tidak sepopuler belalang goreng yang umum dijumpai di Gunungkidul. Larva dari ngengat Hyblaea purea ini hanya muncul pada awal musim penghujan, ketika daun-daun jati yang meranggas mulai tumbuh kembali. Pada saat inilah masyarakat Gunungkidul ramai-ramai datang ke kebun jati untuk mengumpulkan larva dan pupa ngengat ini.
Musim ulat jati pun berakhir ketika para larva ini selesai bermetamorfosis menjadi ngengat, hanya sekitar beberapa minggu sejak ledakan populasi dimulai.
Untuk rasa, begitu memasuki mulut, rasa renyah dari eksoskeleton si ulat terasa mendominasi, persis seperti saat kita memakan belalang goreng. Rasa renyah ini langsung digantikan rasa asin dan gurih dari bagian dalam tubuh si ulat, mirip seperti rasa udang.