Sejak zaman Belanda, keberadaan situs-situs Megalitikum di Gunungkidul telah menarik ahli-ahli arkeologi, antara lain arkeolog Belanda bernama JL. Moens pada tahun 1934, serta Van der Hoop (Heekeren, 1951:51 dalam Sumiati AS, 1980: 27). Pada tahun 1968 Haris Sukendar melakukan pengamatan kembali terhadap objekobjek penelitian Van Der Hoop (Sumiati AS, 1980: 27). Berdasarkan pengamatannya arca menhir di Sokoliman memiliki tanda-tanda mulut digambarkan kecil dengan mata bulat, dan hidung pesek.
Pada tahun 1985, Balai Arkeologi Yogyakarta melakukan penelitian dengan menggali tiga buah peti kubur batu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam peti kubur batu ditemukan fragmen rangka manusia, fragmen gerabah, manik-manik, tulang hewan, fragmen logam, dan arang.
Analisis terhadap fragmen tulang manusia diketahui bahwa dari kubur batu D22A terdapat 4 individu, dan dari kubur Batu D22B ditemukan 5 individu, sedangkan dari kubur batu D24B tidak dapat diidentifikasikan karena pecahan terlalu kecil.
Pada beberapa individu tersebut ditemukan bukti adanya mutilasi gigi (pangur). Hasil analisis fragmen tulang hewan menunjukkan adanya 3 jenis hewan, yaitu banteng (bos), rusa (cervus) dan babi (sus).
Temuan fragmen perunggu dan besi tidak dapat diidentifikasikan karena berukuran kecil, Adapun temuan yang berupa manik-manik berjumlah 42 butir, sebagian besar berwarna merah, sedangkan lainnya berwarna hijau dan biru.
Selain itu, juga banyak ditemukan fragmen kereweng sebanyak 6.193 fragmen dengan berat 18,227 kg. Berdasarkan hasil identifikasi temuan gerabah di situs Sokoliman terdiri beberapa bentuk, yaitu periuk, mangkuk, jun, dan kendi.
Berdasarkan penelitian Gunadi Nitihaminoto dan Haris Sukendar, bahwa bentuk-bentuk gerabah berhubungan dengan tahapan penguburan.
Diperkirakan di kubur peti batu Sokoliman paling sedikit telah terjadi 5 (lima) tahap penguburan. Perkiraan tersebut didukung oleh hasil analisa tulang manusia yang dapat diidentifikasikan adanya 4-5 individu dalam satu kubur peti batu (Gunadi, 1989:71).
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat diketahui bahwa penguburan dengan peti kubur batu di daerah Gunungkidul sudah dilakukan dengan sistem tertentu. Material penyusun struktur peti kubur batu adalah batuan kapur yang dibentuk menyerupai papanpapan batu berukuran tebal antara 10-12 cm, panjang 200-225 cm, dan lebar antara 100-125 cm.
Pengerjaan papan-papan batu tersebut dikerjakan sangat halus dan pada bagian pertemuan antara sisi panjang dan lebarnya dibuat dengan takikan (sponingen). Tiap-tiap kubur batu terdapat patok-patok batu sebagai penguat/penyangga papan batu yang letaknya di sisi bagian luar dengan jumlah dan letaknya yang berbeda-beda antara peti kubur batu satu dengan yang lainnya.
Arah orientasi keletakan peti kubur batu yang masih jn situ sebagian besar berorientasi arah timur-barat sesuai dengan orientasi matahari yaitu simbol dari awal kehidupan dari arah timur.
Situs Sokoliman di Padukuhan Sokoliman II, Kalurahan Bejiharjo, Kapanewon Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.