Akulturasi dengan budaya daerah selalu menciptakan tradisi unik bagi masing-masing daerah, Gunungkidul salah satunya. Sudah sejak lama warga Gunungkidul mengenal Upacara Adat Cupu Panjala yang sudah biasa dilakukan dari tahun ke tahun.
Menurut sejarahnya, upacara adat ini sudah ada turun-temurun sejak ratusan tahun silam. Eyang Seyek adalah nama asli dari Kyai Panjala, Beliau merupakan orang yang menemukan dan memiliki Cupu Kyai Panjala. Cupu Kyai Panjala diyakini dan dimaknai sebagai simbol untuk kondisi atau kejadian bangsa Indonesia dalam masa setahun ke depan.
Upacara Adat Cupu Kyai Panjala hadir sebagai aktivitas sosial masyarakat Jawa di Kabupaten Gunungkidul. Upacara ini merupakan upacara keagamaan secara global atau kepercayaan, artinya upacara adat ini dilaksanakan dari berbagai unsur agama atau keyakinan, upacara ini turut berfungsi sebagai penyelaras keharmonisan hubungan antara manusia.
Disebut Upacara Pembukan Cupu Panjala, karena Cupu yang terbungkus lembaran-lembaran kain tersebut dibuka pada waktunya yaitu dibuka setiap satu tahun sekali. Ketiga Cupu tersebut diletakkan dalam sebuah kotak yang terbuat dari kayu. Cupu yang paling besar bernama Semar Tinandhu, Cupu yang berukuran sedang bernama Palang Kinantang dan yang paling kecil bernama Kenthiwiri. Dan dibungkus dengan lembaran-lembaran kain putih (kain Mori) yang berasal dari sejumlah peziarah yang mempunyai keinginan atau permohonan secara pribadi.
#ayokegunungkidul