Seiring dengan majunya zaman sekarang, membuat beberapa kesenian yang sudah turun temurun di daerah-daerah Indonesia sedikit tidak mendapat minat dari masyarakat. Di Gunungkidul sendiri terdapat berbagai kesenian, salah satunya kesenian Macapat.
Macapat merupakan tembang atau puisi tradisional Jawa. Setiap bati di dalam macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada bunyi sajak akhir yang disebut guru lagu. Macapat diartikan sebagai maca papat-papat (membaca empat-empat), maksudnya adalah cara membacanya terjalin setiap empat suku kata. Bait-bait dalam tembang macapat memiliki nilai religius tinggi, dalam sejarahnya telah digunakan sebagai media penebar kebaikkan oleh orang-orang bijak di masa silam. Kesenian yang sudah ada pada akhir masa Majapahit dan dimulainya pengaruh Walisanga ini sudah jarang dilakukan. Untuk melestarikan kesenian ini Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta melakukan kegiatan bernama Gelar Macapat.
Gelar Macapat ini sudah dilakukan pada bulan Juni lalu, pergelaran ini pun menghadirkan seniman sastra macapat ternama di Yogyakarta yaitu KMT Projo Suwasana dan Mas Wedana Dwijo Sumarto Nugroho, S.Pd sebagai narasumber utama. Menghadirkan juga kelompok seniman Purwo Langen Raras dari Kemantren Keraton yang akan menjadi penabuh gamelan untuk mengiringi lantunan tembang macapat.
Kamu tidak perlu khawatir karena tidak melihat pergelaran kesenian Macapat ini, karena agenda ini rutin diadakan setiap tahunnya sebagai bagian dari upaya pelestarian seni sastra macapat bergaya Yogyakarta. Pergelaran ini sudah berlangsung sejak 2016 hingga saat ini, pengikutnya pun berasal dari semua golongan usia, mulai anak-anak SD hingga lanjut usia, pergelaran ini selalu diadakan secara gratis dan terbuka untuk umum.
#inibaruliburan